Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Flu Burung, Penularan Terus Terjadi

Kompas.com - 30/01/2008, 20:54 WIB

JAKARTA, RABU - Penularan virus flu burung pada manusia kini tidak hanya melalui kontak langsung dengan unggas sakit atau mati yang terinfeksi virus itu. Penderita juga dapat tertular melalui kontak dengan lingkungan yang tercemar flu burung atau dengan produk yang berasal dari unggas terinfeksi flu burung.

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam rapat kerja Komisi IX DPR, Selasa (29/1) di Jakarta, menjelaskan, sejauh ini belum ada vaksin flu burung untuk manusia. Yang digunakan di Indonesia adalah vaksin influenza musiman yang berbeda subtipenya dengan virus flu burung.

”Virus flu burung dapat menular dari manusia ke manusia jika telah mutasi jadi virus influenza subtipe lain,” ujarnya.

Hal ini dapat dibuktikan dengan sinyal epidemiologis, sinyal klinis, dan virologis. Sinyal epidemiologis adalah cluster penderita atau kematian karena pneumonia yang tak jelas penyebabnya, terkait faktor waktu, tempat, rantai penularan berkelanjutan, atau cluster penderita positif flu burung dengan dua generasi penularan atau lebih tanpa hubungan darah, maupun penularan pada petugas kesehatan yang merawat penderita.

Sejak ditemukan kasus pertama, Juli 2005, jumlah kasus flu burung di Indonesia kini 124 orang, 100 di antaranya meninggal (80,6 persen). Jumlah ini merupakan tertinggi di dunia. Provinsi dengan angka kasus tertinggi adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Nyoman Kandun menyatakan, pihaknya terus berupaya menanggulangi flu burung pada manusia. ”Tetapi masalah ini juga terkait dengan penanganan flu burung pada unggas. Penyebabnya multifaktor, juga terkait dengan perilaku manusia dan lingkungan,” katanya.

”Sampai sekarang belum terjadi penularan dari manusia ke manusia. Sumber penularannya masih pada unggas,” katanya.

Belakangan banyak kasus positif flu burung pada manusia, tetapi tidak ditemukan ada unggas di sekitar rumahnya. Korban diduga kontak dengan virus itu saat bepergian dan berada di lingkungan yang tercemar flu burung seperti pasar tradisional maupun produk atau bahan dari unggas.

Empat Korban
Pekan terakhir Januari, korban positif flu burung bertambah empat, yakni Nas (Kabupaten Tangerang, Banten), MIY (Depok, Jawa Barat), Res dan Vir (Jakarta Timur). Ini berdasar pemeriksaan reaksi rantai polimerasi (PCR) real time Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Nas (laki-laki, 32 tahun), pedagang pecel ayam di Kabupaten Tangerang, mulai sakit 17 Januari dengan gejala sakit kepala, nyeri perut, sesak napas, dan demam. Nas masuk RS Bakti Asih, Tangerang, 24 Januari, dan dua hari kemudian dirujuk ke RS Persahabatan. Ada tetangga Nas yang memelihara 12 burung dara.

MIY (9), warga Pancoran Mas, Depok, sakit 16 Januari dengan gejala sesak napas berat dan panas tinggi. Setelah berobat ke RS Sentra Medika Cimanggis, 23 Januari, empat hari kemudian ia dirujuk ke RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso. Penyebab penularan masih diselidiki.

Res (31), warga Duren Sawit, Jakarta Timur, mulai demam 18 Januari dan dirawat di RS Harum, lalu ke RS Persahabatan Jakarta Timur dan masih dirawat dengan ventilator. Beberapa faktor risiko penularan adalah tempat pemeliharaan dan pemotongan ayam di dekat rumahnya. Ia juga pernah ke pasar unggas.

Korban lain, Vir (P, 23 tahun), warga Pulogebang, Jakarta Timur. Ia sakit 19 Januari lalu karena demam dan sesak napas. Pada 24 Januari, ia dirawat di RS Ananda Bekasi, dua hari kemudian ke RSPI Sulianti Saroso, dan meninggal 27 Januari. Sumber penularan masih diselidiki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com