Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cemburu Buta Vs Cemburu Romantis

Kompas.com - 14/09/2008, 11:03 WIB

Rubrik Konsultasi Psikologi asuhan Sawitri Supardi Sadarjoen di surat kabar KOMPAS edisi Minggu :

Banyak orang berpendapat, kehadiran perasaan cemburu dalam diri seseorang terhadap pasangan merupakan bukti cinta kepada pasangan. Benarkah?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak kasus di bawah ini.

”Ibu, saya benar-benar bingung dan jengkel sekali dengan sifat suami yang sangat pencemburu. Awalnya saya merasa berbahagia karena kecemburuan suami membuat saya yakin dia sangat mencintai saya, dia takut kehilangan saya.

Saat ini, setelah sekitar dua tahun kami menikah, saya justru merasa tertekan oleh kecemburuannya yang menjadi-jadi. Saya merasa terkekang, tidak bebas bergerak, bahkan dalam bekerja pun seolah seperti dikejar-kejar waktu. Mengapa? Karena dia akan sangat marah bila saya terlambat pulang ke rumah. Padahal, seperti Ibu ketahui, kemacetan lalu lintas sering tidak terduga, belum lagi karena posisi saya di bank cukup tinggi, sering harus menghadiri rapat mendadak yang diadakan atasan.

Belum sampai saya masuk rumah, dia sudah menghadang di muka pintu dan bertanya kenapa saya terlambat. Kalau saya mengatakan alasan apa pun, tidak pernah dia terima dengan baik. Bahkan, sering pertanyaannya diikuti cacian yang tidak dapat diterima akal sehat.

Dia dengan mudah mengungkap kata-kata kotor: tidak puas ya di rumah; cari kepuasan lain ya di luar rumah; dasar pelacur; tukang bohong; dan bahkan sering diikuti makian berisi nama-nama binatang secara beruntun.

Saya benar-benar jengkel dan terkadang tidak dapat menahan emosi sehingga dia saya pukul. Apa lacur, karena dia laki-laki dengan tenaga lebih kuat, dia akan memukul balik hingga terkadang tubuh saya memar-memar. Dia baru berhenti memukuli saya kalau saya minta ampun dan berjanji tidak akan terlambat pulang dari kantor.

Saat kami pergi bersama, bila saya bertemu teman lain jenis, apakah mantan teman sekolah atau teman kantor, saya dilarang menegur lebih dulu. Dan, kalaupun menjawab tegur sapa dengan ramah, sampai di rumah saya akan mendapat interogasi dan bahkan tuduhan saya pernah menjalin asmara dengan teman lain jenis tersebut.

Kejadian itu membuat saya meragukan cemburu pertanda cinta. Kalau cinta, mengapa memaki, menghina, melecehkan, bahkan memukuli. Kalau memang dia mencintai dan tidak mau kehilangan saya, seharusnya dia memperlakukan saya dengan baik, penuh kasih dan lembut, ya Bu.

Yang lebih menyakitkan, setelah memaki dan bahkan memukuli saya, dia akan memaksa saya melayani kebutuhan seksualnya. Saya ingin sekali menggugat cerai, Bu, tetapi saya tidak berani. Apa yang harus saya lakukan, Bu?” Demikian Ny S (30) dengan nada jengkel dan kesal sambil pelupuk matanya dipenuhi air mata.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com