Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Booming" Industri Vaksin

Kompas.com - 21/11/2009, 11:11 WIB

KOMPAS.com - Malaria, tuberkulosis, AIDS, pandemi flu, herpes, Alzheimer, alergi, hingga diare. Sebut saja jumlah penyakit yang sering diderita manusia, industri farmasi kini sedang giat meneliti berbagai vaksin untuk mencegahnya. Sebagian besar vaksin ini diperkirakan akan beredar di pasaran dalam waktu 5 tahun mendatang.

Perkembangan teknologi vaksin di dunia memang semakin pesat. Ini memberikan secercah harapan untuk menanggulangi penyakit dan meningkatkan kesehatan. Riset vaksin sepertinya memang berjalan lambat, tapi sesungguhnya tidak tidur.

Profit besar dari setiap hak paten vaksin menarik minat industri farmasi, selain tentu saja harga vaksin itu sendiri. Bahkan kini sejumlah besar dana digunakan untuk keperluan riset dan pengembangan. Hasilnya memang mereka berhasil menciptakan berbagai penemuan dan inovasi baru.

"Bahkan hal kecil yang sedang dilakukan saat ini dipastikan akan meraih sukses besar dalam jangka waktu 10 tahun mendatang. Masa itu bisa disebut sebagai era emas," kata Emilio Emini, ketua divisi penelitian vaksin dari Pfizer.

Vaksin kini dipandang sebagai hal yang penting bagi pertumbuhan industri farmasi, terutama untuk mengimbangi lambatnya perkembangan penjualan obat resep. Bila obat yang diresepkan diprediksi akan tumbuh dalam tiga hingga lima tahun, penjualan vaksin diperkirakan bernilai dua kali lipat lebih tinggi.

Menurut lembaga riset pasar, Kalorama Information, dari 19 miliar dollar AS tahun lalu, penjualan vaksin akan naik menjadi 39 miliar dollar AS di tahun 2013. "Yang menarik, bila 25 tahun masih berkutat pada riset, kini telah menjadi uang yang nyata," kata Robin Robertson, direktur US Biomedical Advanced Research Development Authority.

Lonjakan keuntungan tersebut sedikit banyak disebabkan karena luasnya penggunaan vaksin seiring dengan rekomendasi imunisasi wajib untuk bayi yang dikeluarkan pemerintah. Saat ini pun banyak vaksin yang diwajibkan untuk orang dewasa.

Berbeda dengan obat konvensional yang dipakai untuk menyembuhkan penyakit, vaksin digunakan untuk mencegah infeksi dengan cara meningkatkan sistem imun alami untuk melawan masuknya penyakit. Vaksin diciptakan dari virus, bakteri, yang telah dibunuh atau dilemahkan sehingga secara umum mereka menyebabkan infeksi.

Di masa depan, vaksin tidak hanya akan terbatas pada injeksi, tapi juga dalam bentuk stiker yang ditempel di kulit, pil, atau semprotan hidung. Sejauh ini perusahaan farmasi asal Inggris, GlaxoSmithKline masih menjadi pembuat vaksin terbesar di dunia, mengalahkan Merck&Co.  

Sayangnya, kemajuan inovasi di bidang bioteknologi ini masih didominasi oleh negara-negara maju. Kekalahan negara-negara di Asia dalam bersaing di bidang kemajuan inovasi ini menjadikan negara ini, sebagai sasaran empuk pemasaran vaksin, yang tentu saja dijual dengan harga yang relatif mahal.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com