Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahasa Disepelekan

Kompas.com - 28/04/2010, 04:25 WIB

Medan, Kompas - Nilai ujian nasional atau UN siswa untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia rendah. Banyak siswa tidak lulus karena mata pelajaran tersebut. Hal itu terjadi karena Bahasa Indonesia masih disepelekan sehingga proses pembelajarannya tidak intensif.

Di Sumatera Utara, untuk sekolah menengah atas negeri (SMAN) jurusan IPS nilai rata- rata Bahasa Indonesia hanya 7,05, sementara Bahasa Inggris 7,90. Bahkan, untuk sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) nilai rata-rata Bahasa Indonesia hanya 6,67, sementara mata pelajaran Matematika mencapai 7,64.

Dari 9.844 siswa yang tidak lulus UN, sebagian besar karena tak lulus mata pelajaran Bahasa Indonesia. Itu, misalnya, terjadi di SMKN 7 Medan. Dari 162 siswa yang tak lulus, sebanyak 145 orang di antaranya tidak mempunyai cukup nilai untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dinyatakan tak lulus.

Dosen Bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Medan, Mutsyuhito Solin, menjelaskan, rendahnya nilai Bahasa Indonesia tersebut karena intensitas pelajaran Bahasa Indonesia rendah. ”Pengajarannya tidak dalam,” ujarnya di Medan, Selasa (27/4).

Rendahnya intensitas tersebut, antara lain, ditandai dengan tidak adanya bimbingan belajar yang secara khusus mendalami Bahasa Indonesia. Bimbingan belajar cenderung mendalami mata pelajaran eksakta atau Bahasa Inggris.

Selain itu, kata dosen Pascasarjana Universitas Muslim Nusantara itu, pola pengajaran Bahasa Indonesia masih disamakan dengan pola pengajaran bahasa asing.

Guru-guru mengajarkan Bahasa Indonesia yang sangat dasar, seperti mengenai pengucapan, gramatika, dan pilihan kata. Itu sama persis dengan saat para guru mengajar siswa Bahasa Inggris. Padahal, para siswa SMA semestinya mempelajari Bahasa Indonesia dari sisi penalaran dan konteks.

Menurut dia, sebanyak 80 persen sampai 90 persen soal Bahasa Indonesia disusun dengan logika penalaran dan konteks tersebut. Soal-soal UN dirancang berdasarkan kurikulum yang ada. Namun, siswa kesulitan mengisi soal-soal Bahasa Indonesia karena gurunya mengajar sesuai dengan kurikulum yang banyak berisi penalaran dan konteks.

Tak penting

Di samping itu, lanjutnya, masih kuat anggapan bahwa Bahasa Indonesia kalah penting daripada mata pelajaran lain. Jadi, untuk apa serius mempelajarinya. ”Bahkan, ada yang menilai bahwa mereka sejak kecil sudah bisa berbahasa Indonesia sehingga tak perlu repot-repot mendalaminya,” kata Mutsyuhito.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com