Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Kopi Sumut Diperkirakan Turun

Kompas.com - 31/05/2010, 04:16 WIB

Medan, Kompas - Ekspor kopi asal Sumatera Utara, baik untuk jenis arabika maupun robusta, pada 2010 diperkirakan turun dibandingkan dengan ekspor tahun lalu. Kondisi ini diakibatkan menurunnya produksi kopi karena banyak tanaman kopi yang telah melewati masa produktivitasnya.

Menurut Sekretaris Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumatera Utara (Sumut) Saidul Alam, terjadi penurunan produksi kopi Sumut karena rendahnya tingkat produktivitas tanaman. Kondisi ini, lanjut Saidul, diakibatkan banyak tanaman kopi berusia di atas 10 tahun atau telah lewat masa produktifnya. ”Kalau produksi tahun ini bisa menyamai tahun lalu saja, itu sudah sangat bagus,” ujar Saidul di Medan akhir pekan lalu.

Data di Dinas Perkebunan Provinsi Sumut menunjukkan, produksi kopi arabika tahun 2009 mencapai 43.368,33 ton dari total luas kebun 57.164,84 hektar. Sementara untuk kopi robusta, tahun 2009 produksinya mencapai 8.490,90 ton dari total kebun 22.438,21 hektar. ”Kami tidak bisa memperkirakan berapa banyak terjadi penurunan produksi. Tetapi, kemungkinan besar memang bakal terjadi penurunan jika melihat banyaknya usia tanaman kopi di Sumut yang sudah tua dan lewat masa produktifnya,” kata Saidul.

Namun, menurut Saidul, meski terjadi penurunan untuk ekspor biji kopi, baik robusta maupun arabika, ada kecenderungan peningkatan volume ekspor untuk kopi instan.

”Ekspor kopi instan dalam kemasan ada kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun. Memang negara tujuan ekspornya berbeda dengan ekspor biji kopi. Untuk kopi instan, negara tujuan ekspor utama antara lain China, Korea, dan Malaysia. Konsumen di negara-negara tersebut lebih menyenangi kopi yang praktis dinikmati,” kata Saidul.

Pada tahun 2009, ekspor kopi instan dan olahan dari Sumut mencapai 1.928 ton dengan nilai 7,104 juta dollar Amerika Serikat (AS). Nilai ekspor kopi instan dan olahan memang masih rendah bila dibandingkan dengan ekspor biji kopi, baik jenis arabika maupun robusta.

Volume ekspor kopi arabika Sumut pada 2009 mencapai 44.271,66 ton dengan nilai 139,34 juta dollar AS, sementara kopi robusta mencapai 6.472 ton dengan nilai 9,23 juta dollar AS. ”Ekspor kopi robusta tidak semuanya produksi dari Sumut karena ada juga beberapa yang dihasilkan di Lampung, tetapi diekspor melalui Pelabuhan Belawan,” ujar Saidul.

Rendahnya produktivitas tanaman kopi Sumut sekarang ini diakui oleh Kepala Dinas Perkebunan Sumut Aspan Sofian. Menurut Aspan, sekitar 30 persen dari seluruh kebun kopi di Sumut butuh peremajaan.

Aspan menjanjikan, pada bulan Juni mendatang Pemerintah Provinsi Sumut akan membagikan benih gratis bagi petani di sentra kopi Sumut, seperti Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Tapanuli Selatan, Dairi, Simalungun, dan Karo.

”Kami juga akan menyertakan bantuan sarana produksi, seperti pupuk. Petani yang mendapat bantuan sudah dikoordinasikan dengan pemerintah kabupaten setempat karena ini program yang direncanakan sejak tahun lalu,” ujar Aspan.

Saidul menyatakan, tanpa bantuan pemerintah untuk meremajakan tanaman kopi, dalam lima tahun ke depan Sumut bisa tak lagi menyandang sebutan salah satu sentra kopi arabika di Indonesia. Namun, Saidul mengingatkan, salah satu persoalan peremajaan tanaman di kalangan petani kopi Sumut adalah tidak adanya tanaman cadangan yang dapat menghasilkan saat tanaman berusia tua ditumbangkan dan diganti dengan bibit kopi baru.

”Jadi, petani tetap terus memelihara tanaman kopi yang berusia tua meski hasilnya sedikit karena kalau diremajakan semua, mereka bisa tidak menghasilkan,” kata Saidul.

Puncak produksi tanaman kopi biasanya saat usia 8-10 tahun. Selanjutnya produksi tanaman akan terus menurun. (BIL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com