Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sembarangan Pentaskan Tari Sakral

Kompas.com - 26/07/2010, 02:21 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com — Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Gde Parimartha MA mengingatkan seniman Bali dan tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk tidak mementaskan tari-tari sakral secara sembarangan untuk memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu.

"Tari sakral hanya dipentaskan untuk melengkapi kegiatan ritual masyarakat desa adat setempat," kata dosen senior Fakultas Hukum Unud Prof Gde Parimartha di Denpasar, Minggu.

Hal itu diungkapkan karena Perang Pandan, tradisi khas masyarakat Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali timur, dipentaskan untuk memeriahkan salah satu kegiatan di Solo.

Pementasan ritual Perang Pandan di luar wilayah desa adat Tenganan itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika masyarakat dan semua pihak menjunjung dan menghormati nilai-nilai kesakralan dalam ritual Hindu di Bali.

"Bisa saja seniman mengambil inspirasi dari Perang Pandan untuk menciptakan tabuh dan tari guna dipentaskan dalam berbagai kepentingan," ujar Prof Parimartha.

Ia mengingatkan, kesakralan dari sebuah tari itu harus dipegang teguh oleh masyarakat pendukung agar tetap kokoh, lestari, dan unik karena kesenian tradisi itu tidak ada di tempat lainnya.

"Ke depan masalah itu diharapkan tidak terulang lagi karena, baik masyarakat umum maupun wisatawan yang ingin menyaksikan Perang Pandan bisa datang ke Desa Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali timur," ujarnya.

Masyarakat Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Kabupaten Karangasem, kembali akan menggelar kegiatan tradisi Perang Pandan dan melibatkan puluhan orang dari dua kelompok yang saling berhadapan pada hari Jumat, 30 Juli 2010.

"Perang Pandan tersebut dalam rangkaian kegiatan ritual Ngusaba Desa di desa adat Tenganan Dauh Tukad," kata Prof Parimartha yang juga tokoh masyarakat Desa Tenganan itu.

Tradisi Perang Pandan itu akan berlangsung mulai pukul 13.00 waktu setempat, sebelum kegiatan ritual Ngusaba Desa dimulai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com