Bandung, Kompas -
”Kesenian itu biasanya dimainkan petani dan penggembala sebagai rasa syukur dan ruwatan. Bila tidak segera diselamatkan, tidak tertutup kemungkinan semakin banyak kesenian yang terancam punah,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Herdiwan di Bandung, Minggu (25/7).
Herdiwan mengatakan, definisi sederhana ”kesenian hampir punah” adalah saat jarang dipentaskan karena keterbatasan pelaku dan penikmatnya. Selain itu, juga dilihat dari tingkat kesulitan pencarian data tentang kesenian itu. Beberapa kesenian yang hampir punah, antara lain, adalah topeng menor, ronggeng ketuk, ngaguyah hujan, beluk, bangkong reang, pantun Sunda, dan toleat.
Herdiwan mengatakan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyelamatkannya, di antaranya riset dan penelitian atau menampilkan kesenian itu sesering mungkin.
Namun, ia mengakui hal itu tidak bisa dengan mudah dilakukan karena terkendala biaya. Karena itu, ia meminta pemerintah dan kalangan swasta juga ikut peduli terhadap hal ini.