Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Sekadar Tegang Lebih Lama

Kompas.com - 27/07/2010, 13:38 WIB

KOMPAS.com — Dalam urusan kehidupan seksual, pria memang benar-benar tidak pede. Ukuran "yunior" dan durasi hubungan seksual masih menjadi prinsip yang dianut pria dalam urusan seks. Bahkan, sebagian besar pria menilai mereka terlalu cepat "selesai."

Terlalu cepat "selesai" ini dalam bahasa medis disebut ejakulasi dini. Menurut sebuah studi yang dimuat dalam The Archieves of Sexual Behavior, ejakulasi dini alias "edi" adalah disfungsi seksual yang paling sering dikeluhkan pria. Diperkirakan, 20-30 persen pria pernah mengalaminya. Berbagai cara pun dilakukan untuk mengatasinya, mulai dari mengurangi alkohol, hipnosis, hingga melakukan senam kegel.

Dunia kedokteran memang belum menemukan dengan pasti penyebab "edi", tetapi sebagian berpendapat hal itu merupakan dampak dari masalah psikologis yang sedang dialami. Sebagian pakar bahkan menilai sebenarnya pria-pria yang mengaku "edi" ini sebenarnya memiliki stamina seksual yang normal.

"Masalah ejakulasi yang terlalu cepat ini mungkin hanyalah persoalan cara pandang saja. Ini karena pria masih mengganggap makin lama makin bagus sehingga mereka berharap bisa ereksi lebih lama lagi," kata Marcel Waldinger, salah satu peneliti dalam bidang ejakulasi dini.

Ia menambahkan, mayoritas pria yang mengeluhkan "edi" biasanya tidak puas dengan cara bercinta mereka dengan pasangannya. "Mungkin mereka punya hambatan psikologis atau masalah dalam hubungan. Karena itu, cara mengatasinya seharusnya bukan dengan obat-obatan, tapi dengan berkonsultasi," katanya.

Tahun 2009 lalu Waldinger meminta 500 pasangan di beberapa negara yang menjadi responden penelitiannya untuk memasang pengatur waktu ketika bercinta. Setelah sebulan, ia lalu menanyakan tingkat kepuasan seksual para responden berkaitan dengan waktu ejakulasi mereka. Lebih dari 40 persen mengaku puas.

Namun, ketika ditanya apakah mereka mau mengonsumsi obat untuk membuat ereksi mereka lebih lama lagi, 23 persen menjawab mau. Yang menarik, pria yang ingin mengonsumsi obat itu memiliki waktu ereksi rata-rata 4,9 menit, dan 475 responden dalam penelitian ini memiliki waktu ereksi 6 menit.

Jadi, berapa sebenarnya waktu ereksi yang ideal? Dalam panduan yang diterbitkan dalam International Society for Sexual Medicine disebutkan, pria yang waktu ereksinya kurang dari satu menit dan hal ini mengganggu hubungan mereka dengan pasangannya disebut sebagai penderita "edi".

Akan tetapi, sebagian pakar mengkritik definisi tersebut. Menurut mereka, seharusnya tidak ada aturan baku mengenai waktu ereksi. "Yang terpenting bukan durasinya, tapi tingkat kepuasan pria dan wanita," kata Derek Polonsky, ahli psikiatri.

Masalahnya, penerimaan waktu bercinta yang cukup bagi pria berbeda-beda pada tiap budaya. Misalnya saja, pria Amerika menilai seharusnya seorang pria mampu mempertahankan yuniornya selama 14 menit, tetapi pria Inggris menilai 10 menit ideal. Sedangkan pria Jerman menilai 7 menit sudah cukup.

Nah, bagaimana pandangan wanita mengenai hal ini? Dalam survei terhadap pasangan suami istri tahun 2003 terungkap bahwa sebenarnya para wanita tak penah peduli dengan durasi ereksi pasangannya. Dari 24 persen pria yang mengeluhkan "edi" ternyata hanya 10 persen istri mereka yang setuju, sisanya tidak peduli.

Dengan kata lain, sebenarnya bukan durasi ereksi yang penting untuk membuat seorang wanita orgasme. "Sebagian besar wanita tidak bisa orgasme hanya dengan penetrasi saja. Karena itu, pria harus paham bahwa foreplay sangatlah penting. Stimulasi di bagian klitoris justru penting karena mayoritas mendapatkan orgasme karena faktor ini," kata Gale Golden, penulis buku In the Grip of Desire.

Jadi, masih merasa terlalu cepat selesai?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com