Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Mengelola Risiko Saat Berinvestasi

Kompas.com - 19/08/2010, 17:11 WIB

KOMPAS.com - Kebanyakan orang memilih deposito sebagai produk investasi karena merasa aman dan berisiko kecil. Padahal, banyak pilihan investasi lain yang memang berisiko lebih tinggi namun dengan target hasil lebih menguntungkan, seperti reksadana.

"Banyak yang berinvestasi dalam jangka pendek, menengah, dan panjang di deposito karena takut risiko. Padahal risiko harus dikelola, bukan dihindari," kata Eko P. Pratomo, Senior Advisor BNP Paribas yang juga penulis buku Berwisata ke Dunia Reksadana, dalam talkshow "Reksadana: Kenali Dulu Baru Beli" beberapa waktu lalu.

Mengenali risiko berinvestasi bisa dilakukan dengan banyak cara. Mulai mengikuti seminar, workshop, berdiskusi bersama pakar, dan mencari bahan bacaan. Eko menegaskan, prinsipnya calon investor perlu memahami apa yang ingin dibeli, karena dari pemahaman ini risiko bisa dikelola dengan lebih baik.

"Orang yang tidak mengambil risiko bukan berarti bebas risiko," tegasnya lagi.

Menurut Eko, umumnya tujuan berinvestasi adalah untuk menyiapkan dana pendidikan dan dana pensiun. Sejalan dengannya, perencana keuangan Ligwina Hananto pada kesempatan yang sama juga mencontohkan bagaimana investasi bisa membantu pasangan merencanakan dana pendidikan bagi anak, baik jangka pendek maupun jangka panjang (18 tahun untuk perguruan tinggi).

"Risiko tidak dapat 100 persen dihindari, namun dapat diatur," tegasnya (baca: Menabung Takkan Cukup, Mulailah Berinvestasi).

Dua cara berinvestasi
Eko menjelaskan, terdapat dua alternatif berinvestasi, yakni secara langsung dan tidak langsung.

Instrumen investasi langsung di antaranya deposito, obligasi, dan saham. Jika memilih deposito, artinya calon investor langsung berhubungan dengan bank yang dipilihnya untuk berinvestasi. Sementara itu, membeli saham sebagai investasi bisa melalui broker, sedangkan obligasi bisa melalui bank dan atau broker.

Membeli reksadana merupakan cara investasi tidak langsung. Anda harus berkonsultasi dengan pakarnya untuk membeli reksadana sebagai investasi. Menurut Eko, reksadana merupakan solusi investasi bagi calon investor yang memiliki pengetahuan, informasi, dan dana terbatas.

"Investasinya bukan pada reksadana. Artinya Anda tidak membeli reksadana sebagai instrumen investasi. Reksadana lebih sebagai sarana investasi," jelas Eko, menambahkan terdapat dua institusi yang mengelola reksadana yakni manajer investasi dan bank kustodian.

Prinsipnya, apapun pilihan investasi Anda, pastikan Anda memiliki tujuan berinvestasi. Jika kesulitan menetapkan tujuan, termasuk menentukan jangka waktu investasi yang tepat dengan kebutuhan dan kemampuan Anda, berkonsultasilah dengan perencana keuangan. Kunci penting lain berinvestasi adalah informasi. Cari sebanyak-banyaknya informasi sebelum menetapkan pilihan.

"Perencanaan keuangan perlu dipersiapkan sebelum memilih investasi. Sebenarnya setiap pasangan atau keluarga bisa merencanakan keuangannya sendiri. Jikapun masih awam, bisa mengikuti kelas khusus perencanaan keuangan dan selanjutnya bisa diaplikasikan bersama pasangan secara mandiri tanpa perlu menggunakan jasa perencana keuangan," kata Ligwina.

Berinvestasi ilmu seputar ragam produk investasi dan rencana keuangan tentu juga menjadi modal menentukan produk investasi yang menguntungkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com