Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Prematur Terancam Kebutaan

Kompas.com - 06/10/2010, 22:15 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Bayi yang lahir prematur terancam kelainan retina yang disebut retinopathy of prematurity. Keterlambatan deteksi dan perawatan pada kelainan ini dapat berakibat pada kebutaan permanen. Meskipun dapat berakibat fatal, kelainan tersebut baru menjadi perhatian beberapa waktu terakhir.

Saat ini di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito Yogyakarta, rata-rata terdapat enam bayi yang terdeteksi menderita kelainan retinopathy of prematurity (ROP) setiap bulannya. ROP tak bisa disembuhkan tapi kebutaannya bisa dicegah, kata ahli retina RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Angela Nurini Agni, Rabu (6/10), saat mengadakan jumpa pers berkaitan dengan hari mata sedunia ( world sight day) yang jatuh setiap 7 Oktober.

Angela mengatakan, ROP terjadi karena pembuluh darah retina pada bayi prematur belum sempurna. Pembuluh darah yang tidak sempurna ini sangat sensitif oksigen, sehingga saat terkena kontak dengan oksigen akan mengalami penyempitan. Bila penanganan terlambat, hal ini memicu tumbuhnya pembuluh-pembuluh darah liar dan akhirnya menyebabkan kebutaan.

Secara umum, angka prevalensi terjadinya kelainan ROP pada bayi prematur adalah antara 6-7 persen dari total kelahiran prematur. Seiring meningkatnya tingkat keselamatan bayi prematur, penderita ROP juga mengalami peningkatan. Akan tetapi, kemungkinan terjadinya ROP sangat bervariasi, tergantung pada usia janin saat dilahirkan. Semakin muda usia janin saat dilahirkan, semakin besar kemungkinan terjadinya ROP.

Menurut Angela, sejumlah anak dengan kelainan ROP terlambat dicegah dari kebutaan. Salah satunya disebabkan oleh keterbatasan alat di rumah sakit. Untuk mendeteksi kelainan ROP dibutuhkan alat laser khusus yang baru tersedia di beberapa rumah sakit besar.

Keterbatasan alat tersebut sering menimbulkan dilema pada penanganan bayi prematur. Karena kondisinya yang lemah, bayi prematur belum bisa di bawa dalam perjalanan, tapi kalau tidak segera diberi perawatan sesuai akan menderita kebutaan. Biasanya, dokter akan memilih menyelamatkan hidupnya dulu, kata Angela.

Saat ini, kewaspadaan untuk mencegah kebutaan akibat kelainan ROP pada bayi prematur sudah mulai meningkat. Salah satunya adalah dengan ditetapkannya kesepakatan dosis oksigen yang dapat diberikan pada bayi prematur. Terlalu banyak oksigen jadi faktor resiko, katanya.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) DI Yogyakarta Suhardjo mengatakan, sebelumnya kelainan ini kurang diperhatikan. Setahun lalu ada kasus ROP yang sempat besar di sebuah rumah sakit di Jakarta. Baru saat itu, orang benar-benar memperhatikan kelainan ini, katanya.

Memperingati hari mata sedunia, Perdami DIY menggelar seminar Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Kelainan Mata pada Bayi pada 9 Oktober. Seminar ini diharap meningkatkan pengetahuan praktisi kesehatan dan masyarakat sehingga dapat meminimalisir kebutaan akibat ROP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com