JAKARTA, KOMPAS —
Hal itu mengemuka dalam temu media terkait penyelenggaraan
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik berupa ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin atau penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Diabetes ditandai metabolisme glukosa abnormal sehingga gula darah tinggi dan profil lemak darah berubah.
Lebih dari 110 juta orang di Asia menderita diabetes dengan proporsi yang tak berimbang antara usia tua dan muda. Tidak seperti di negara Barat yang umumnya dialami oleh kaum yang lebih tua.
Dante Saksono Harbuwono, selaku Ketua Panitia JDM, mengatakan, Asia dan warga negara Barat, seperti Eropa, memiliki perbedaan genetika untuk diabetes karena setiap daerah memiliki pola genetik masing-masing. Secara genetik, bangsa Asia lebih cenderung mengalami resistensi insulin dibandingkan dengan kulit putih. Selain itu, tingginya penderita diabetes di Asia dipengaruhi perubahan pola konsumsi ke arah makanan kurang serat dan tinggi lemak. Di samping itu, aktivitas fisik berkurang.
Diabetes melitus (DM) tipe dua umumnya terkait genetis atau keturunan yang juga dipengaruhi dan dipicu faktor risiko, seperti pola makan kurang sehat, kurang beraktivitas fisik, merokok, minum minuman beralkohol, obesitas, hipertensi hiperglikemia, dan hiperkolesterol.
Di Indonesia, gambaran kasus diabetes tak terlalu menggembirakan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksikan kenaikan pengidap diabetes melitus tipe 2 sebanyak 8,4 juta orang pada tahun 2000, meningkat pesat menjadi 21,3 juta pada tahun 2010.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), diabetes melitus menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian pada kelompok usia 45-54 tahun di perkotaan. Adapun di pedesaan, diabetes melitus menduduki peringkat keenam dengan jumlah proporsi kematian sebesar 5,8 persen.
Pembicara lain, Ketua Panitia
Penanganan diabetes tidak hanya melalui obat, tetapi juga lewat penyuluhan agar masyarakat mempertahankan aktivitas fisik dan menjaga pola makan serta menghindari faktor risiko lainnya, seperti merokok.
Dia menambahkan, di kalangan penderita diabetes, organisasi diabetes mempunyai peran signifikan dalam manajemen diabetes. Organisasi diabetes di Indonesia terdiri dari Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia (PEDI), dan Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia).