Semarang, Kompas -
Kasus ini juga ditemukan berkembang di daerah dataran rendah, terutama di sentra pertanian dengan intensitas pemanfaatkan pestisida begitu tinggi dalam pertaniannya.
Demikian hasil penelitian dr Suhartono, staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang, yang diangkat sebagai bahan disertasi ujian promosi doktor, Sabtu (20/11). Disertasi Suhartono berjudul ”Waspadai Dampak Hipotiroidisme pada Wanita di Daerah Pertanian”.
”Apabila terjadi pada wanita hamil, hipotiroidisme yang ringan sekalipun dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang janin. Kondisi ini menyebabkan menurunnya kecerdasan dan gangguan perkembangn fungsi motorik pada anak yang kelak dilahirkan,” ujarnya kepada pers, sebelum ujian berlangsung.
Suhartono mengatakan, penyebab disfungsi tiroid sering terjadi di daerah dataran tinggi, yakni kekurangan yodium. Rendahnya kandungan yodium dalam air, tanah, dan produk-produk pertanian di daerah itu menyebabkan asupan yodium kurang.
Akibatnya, kelenjar tiroid kekurangan bahan baku untuk sintesis hormon tiroid. Salah satu tanda disfungsi tiroid adalah terjadinya pembesaran kelenjar tiroid atau sering disebut penyakit gondok (goiter) atau gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI).
Selain itu, gangguan klinis hipotiroidisme antara lain kelelahan, lesu, intoleransi dingin, gangguan menstruasi, penyakit gondok, dan sulit buang air besar.
Apabila terjadi pada wanita hamil, menurut Suhartono, hipotiroidisme dapat menyebabkan meningkatnya kelahiran anak-anak yang menderita autisme, anak yang lemah perhatiannya.
”Hipotiroidisme juga dapat menyebabkan infertilitas, abortus spontan, dan bayi yang lahir berat badannya rendah,” ujar dr Suhartono.