Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trombofilia Bisa Berakibat Fatal

Kompas.com - 03/03/2011, 07:52 WIB

Pusing, vertigo, sesak napas, nyeri dada, dan mengalami keguguran berulang harus segera diwaspadai. Itu bisa menjadi gejala trombofilia. Gejala penyakit ini sangat senyap, kerap tidak disadari, tetapi bisa sangat mematikan.

Ahli Hematologi-Onkologi Medik dari RSUP dr Kariadi, Semarang, Chatarina Suharti, akhir Februari lalu, menjelaskan, trombofilia atau hiperkoagulabilitas adalah kondisi peningkatan risiko trombosis alias mudahnya terjadi pembekuan darah. Di masyarakat, hal itu lebih dikenal sebagai penyakit darah kental. ”Kondisi itu bisa diturunkan lewat kelainan genetik, atau didapat,” katanya.

Gejala trombofilia baru ditemukan tahun 1990-an. Kini kasusnya mulai banyak ditemukan, tetapi masih banyak dokter yang belum memahami.

Trombofilia disebabkan gangguan sistem imun pada tubuh di mana antibodi berbalik menyerang tubuh. Antibodi merusak sel pembuluh darah dan memicu pembekuan darah.

Bekuan darah pada penderita trombofilia dapat terjadi di mana saja, misalnya di pembuluh arteri di jantung, pembuluh darah di paru maupun otak, bahkan di pembuluh darah di retina (mata) dan telinga.

”Bahaya mengancam saat bagian kecil bekuan darah terlepas dan ikut peredaran darah ke seluruh tubuh. Bekuan darah itu rawan tersangkut di pembuluh darah kecil dan menimbulkan penyumbatan,” kata Suharti.

Sumbatan bekuan darah di pembuluh darah jantung dapat menyebabkan serangan jantung. Jika bekuan darah sampai di pembuluh darah otak, bisa mengakibatkan stroke. Bekuan darah yang tersangkut di pembuluh paru bisa menyebabkan emboli paru. Semua kondisi itu dapat mengakibatkan kematian jaringan dan berakhir kematian penderita.

Bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah di mata menyebabkan penderita kehilangan kemampuan melihat. Jika terjadi di telinga, pendengaran pun tiba-tiba hilang.

Perempuan penderita trombofilia dapat mengalami keguguran berulang karena pasokan oksigen dan nutrisi lewat plasenta terhambat bekuan darah.

Hal itu dialami Parma Andhika Puspita (36), warga Semarang, Jawa Tengah. Tiga kali dia kehilangan janin pada usia kandungan antara enam bulan dan tujuh bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com