Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chef Juna: Galaknya Tidak Dibuat-buat - Bagian I

Kompas.com - 16/08/2011, 13:20 WIB

KOMPAS.com — Program MasterChef Indonesia saat ini sedang menayangkan edisi Ramadhan. Ketiga chef yang menjadi mentor, Vindex Tengker, Juna Rorimpandey, dan Rinrin Marinka, juga masih hadir membimbing para kontestan mengolah hidangan Ramadhan. Namun, Juna sendiri saat ini sedang tidak berada di Indonesia. Setelah mengundurkan diri dari posisi executive chef di Jackrabbit Cuisine & Libations, Jakarta, akhir Juli 2011 lalu, pertengahan Agustus ini Juna memutuskan untuk terbang ke Amerika Serikat selama sekitar sebulan.

"Saya mau liburan dulu, sekaligus menimba ilmu lagi," katanya pada Kompas Female saat berkunjung ke Redaksi Kompas.com, seminggu sebelum bertolak ke Amerika. Tidak, ia tidak berencana mengikuti sekolah chef atau semacamnya, tetapi mengunjungi teman-temannya sesama chef. "Chef di sana sangat open minded. Jadi, kalau lagi libur, saya sering main dan mencuri-curi ilmu," selorohnya.

Datang ditemani kekasihnya, Aline Adita, Juna muncul dengan dandanan kasual: kemeja lengan pendek, jins, dan sneakers. Pria bernama lengkap Junior John Rorimpandey ini terlihat harmless, tidak seperti penampilannya di televisi. Awalnya, ia memang terkesan masih menjaga jarak. Setelah mulai berbincang-bincang, terlihat ia cukup hangat dan menyukai obrolan yang intens.

Namun, jangan mengira kesan galak yang ditampilkannya dalam MasterChef Indonesia itu dibuat-buat atau sekadar memenuhi tuntutan skenario. Karakternya yang keras merupakan pembawaannya yang asli, ditambah dengan pengalaman hidup yang membentuknya menjadi seperti sekarang.

Juna tak pernah bermimpi menjadi chef seperti sekarang. Ia bahkan bukan chef  lulusan sekolah kuliner atau sekolah chef seperti yang banyak dilakukan chef muda saat ini. Aktivitasnya dulu pun jauh dari urusan masak-memasak. Passion-nya saat itu (bahkan hingga sekarang) adalah motor Harley Davidson-nya.

Lulus dari SMA 3 Denpasar, Juna sempat kuliah di Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti, Jakarta. Tak sampai lulus, ia menjual motor Harley Davidson kesayangannya untuk menjalani sekolah pilot di Amerika. Waktu pendidikan yang mundur membuat biaya hidupnya di sana tak terbayar lagi dari hasil menjual motor. Ditambah lagi, pasca-kerusuhan Mei 1998 itu, orangtuanya tak sanggup lagi membiayai pendidikannya di Amerika. Juna diminta membiayai hidupnya sendiri di Amerika.

"Enam bulan berikutnya kami harus mencari tempat tinggal karena ternyata saya sudah tinggal lebih dari enam bulan. Kami tinggal satu apartemen kecil berdelapan. Pernah mau makan saja saya nyari koin-koinan. Beli burger sandwich yang harganya 99 sen. Gembel parah, deh, pokoknya!" seru laki-laki kelahiran Jakarta, 20 Juli 1975, ini.

Juna akhirnya bertahan dengan bekerja di sebuah restoran Jepang. Mulanya, ia bekerja sebagai waiter, tetapi setelah dua minggu, chef di restoran tersebut menawarinya belajar memasak. Juna dididik dengan sangat keras. Selama berbulan-bulan ia hanya diberi tugas memasak nasi, mengupas udang, dan pekerjaan sejenisnya.

"Dulu motivasi saya terdorong oleh rasa takut. Soalnya, hanya restoran kecil yang berani membayar orang-orang ilegal. Saya takut kehilangan pekerjaan itu karena saya membutuhkannya. Saya takut mendapat punishment. Saya khawatir bahu saya ditepuk dari belakang karena ditepuk berarti ada pekerjaan yang salah," kenangnya.

Lama-kelamaan, kepercayaan dirinya mulai muncul. Juna yang awalnya merasa tak punya keahlian apa pun ternyata mampu belajar lebih cepat daripada teman-temannya. Ketika pundaknya ditepuk, hal itu bukan karena ia melakukan kesalahan, melainkan karena hasil kerjanya memuaskan. Kemampuannya untuk cepat belajar dan determinasinya ternyata membuat chef tersebut terkesan. Dalam waktu kurang lebih dua tahun, posisinya yang semula di tim cooks (juru masak) kemudian dipercaya sebagai chef. Dari sinilah namanya mulai dikenal di Amerika.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com