Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusui, Anugerah Terindah Tak Tergantikan

Kompas.com - 20/09/2011, 15:17 WIB

KOMPAS.com - Bagi setiap ibu, menyusui untuk pertamakalinya adalah pengalaman baru yang tidak mudah. Butuh kesiapan, kemauan serta tekad yang kuat agar proses menyusui berlangsung dengan baik. 

Berikut ini adalah pengalaman menarik dari Dewi Indira, seorang ibu yang kini menjadi konselor laktasi AIMI dan juga aktif mengajar di kelas edukASI.   Mudah-mudahan kisah Dewi ini akan memberi pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya mendapat informasi yang tepat mengenai laktasi demi mendukung keberlanjutan program ASI eksklusif untuk para bayi.

Rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa saya ucapkan berulang kali jika saya ingat perjalanan saya menjadi ibu dari 2 anak saya, Miura Anniesha (4 tahun 2 bulan) dan Micha Nara Satya (1 tahun 9 bulan).

Ketika kehamilan saya yang pertama, saya belum paham mengenai ASI, saya hanya tahu bahwa ASI adalah yang terbaik untuk anak saya. Namun pada saat itu saya hanya pasrah (lihat nanti deh bisa kasih ASI atau tidak) karena riwayat di keluarga saya yang menyusui sedikit sekali, itu pun hanya beberapa minggu atau beberapa bulan saja.

Ketika hamil Miura, saya tidak mencari informasi mengenai ASI, karena ketidaktahuan saya akan pentingnya mempelajari ASI sebelum kelahiran anak saya tsb. Pada saat itu yang sibuk saya persiapkan adalah mencari nama untuk anak saya, mencari tahu bagaimana merawat bayi, mencari tahu makanan apa saja yang sebaiknya saya konsumsi selama hamil, dll.

Sampai pada saatnya melahirkan, saya pun tidak melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) juga tidak rawat gabung. Namun ‘insting’ saya sebagai ibu pada saat itu sudah ‘jalan’. Setelah saya melahirkan dan langsung dipisah dengan anak saya, beberapa saat kemudian saya dipindahkan ke kamar perawatan, saya langsung menanyakan kapan anak saya akan diberikan kepada saya.

Pihak Rumah Sakit pada saat itu hanya menjawab ‘nanti bu, ibu istirahat saja dulu.’ Namun tentu saja saya tidak bisa istirahat, yang saya pikirkan saat itu adalah ingin lekas bertemu dan bersama kembali dengan anak saya yang saya kandung selama 39 minggu. Dan saya pun tidak bisa tidur. Sungguh tidak nyaman sekali rasanya, sakit dan letih sehabis melahirkan dan dipisahkan pula dengan anak saya.

Saya melahirkan Miura pukul 23.50 WIB dan anak saya baru diberikan kepada saya keesokan harinya pada pukul 09.15 WIB dan dalam keadaan sedang tidur. Pada saat itu saya merasa sangat canggung dan bingung dengan anak saya sendiri, namun saya tetap mencoba menyusuinya.

Proses menyusui Miura pada saat itu berlangsung cukup menantang, karena dipisahkan cukup lama dengan saya yang menyebabkan Miura kembali harus belajar lagi menyusu lagi kepada saya. Saya pun harus belajar kembali menyusui anak saya. Pada saat itu saya pun dibantu oleh suster-suster di rumah sakit untuk dipijat payudaranya, karena pada saat itu saya merasa ASI saya belum keluar. Sehingga waktu keluar dari Rumah Sakit, saya pun bertanya kepada suster di Rumah Sakit itu, sebaiknya anak saya diberikan susu formula apa, dan suster pun memberikan nama merk salah satu susu formula. Saya pun langsung beli susu tsb.

Sambil terus tetap terus menyusui Miura, karena menurut orang-orang di sekitar saya, ASI saya sedikit, maka saya pun memberikan susu formula kepada Miura pada hari pertama saya pulang kembali ke rumah. Alhamdulillah setelah hari kedua di rumah, ASI matang saya pun keluar, sehingga ASI saya mulai terasa banyak dan saya menjadi lebih percaya diri untuk hanya memberikan ASI saja kepada Miura. Sebenarnya sejak awal, saya cukup percaya diri untuk hanya memberikan ASI saja kepada Miura, namun karena ketidaktahuan dan kurangnya dukungan lingkungan sehingga akhirnya saya pun ragu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com