Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si Penidur Singkat

Kompas.com - 27/09/2011, 14:32 WIB
Halo Prof

Konsultasi kesehatan tanpa antre dokter

Temukan jawaban pertanyaanmu di Kompas.com

Denyut kehidupan yang serba cepat saat ini menyebabkan semakin panjangnya waktu kerja atau beraktivitas. Akibatnya, tidak sedikit orang yang mengalami gangguan tidur dan biasanya diikuti oleh gangguan kesehatan yang berdampak pada penurunan produktivitas.

Namun untuk beberapa orang, waktu tidur yang sedikit tidak berdampak pada penurunan  produktivitas atau kinerja. Mantan Perdana Menteri Inggris, Margareth Thatcher hanya membutuhkan waktu 3 - 4 jam sehari untuk tidur. Saat kuliah di Oxford, Thatcher selalu bangun saat subuh dan berangkat lebih awal untuk belajar di perpustakaan universitas.

Kebiasaan tidur singkat ternyata tidak memengaruhi prestasinya, Thatcher termasuk salah satu perdana menteri terbaik dalam sejarah Inggris. Dapatkah kita mengurangi waktu tidur agar bisa lebih produktif seperti Margareth Thatcher ?

Kebutuhan tidur setiap orang memang berbeda. Ada beberapa manusia super yang secara alamiah hanya membutuhkan tidur singkat setiap malamnya tanpa mengganggu aktivitas siang harinya. Sebenarnya belum jelas juga apakah para penidur singkat ini pasti lebih sukses. Yang jelas mereka mempunyai lebih banyak waktu untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan.

Berbagai penelitian menemukan bahwa dari 100 orang, hanya ditemukan 3 - 5 orang yang memang penidur singkat alami. Penelitian juga menunjukkan banyak orang yang mengaku tetap aktif dengan tidur singkat ternyata tidur lebih lama saat diberi kesempatan. Sebut saja Benjamin Franklin, Thomas Jefferson, dan Leonardo da Vinci disebutkan terlalu sibuk untuk tidur. Sementara Thomas Edison dan Winston Churchill, walau tidur kurang di malam hari, mereka punya kebiasaan tidur siang.

Penidur singkat memiliki ciri berbicara cepat, amat aktif dan juga memiliki mood yang positif serta metabolisme yang tinggi. Mereka cenderung tetap langsing walau kekurangan tidur, karena biasanya orang yang kurang tidur cenderung mengalami obesitas.

Ahli genetik Dr. Ying-Hui Fu dari California University bersama timnya menemukan adanya variasi gen hDEC2 pada beberapa penidur singkat. Kini tim yang sama masih terus meneliti kemungkinan variasi gen lainnya. Bagi orang yang bukan penidur singkat, kekurangan waktu tidur dapat mengakibatkan  gangguan konsentrasi, proses berpikir yang lamban, sering berbuat kesalahan, mood yang buruk hingga kemampuan mengambil keputusan yang buruk. Kesemuanya dapat menurunkan produktivitas.

Sebaiknya kita tidur sesuai dengan kebutuhan tidur kita. Ketika siang hari mengantuk dan tak bersemangat, jangan langsung mengambil kopi. Penting juga untuk merefleksikan jadwal tidur kita dan perbaiki di malam berikutnya.

Untuk mengetahui kebutuhan tidur kita, mudah saja. Rutinkan dulu tidur secara teratur. Perlahan setiap beberapa hari tambah jam tidur. Setelah beberapa waktu rasakan efeknya pada hidup. Lebih sehat, tajam, produktif dan bahagia. Tak perlu takut kelebihan tidur.

Ketika tidur sudah cukup, kita tak akan mengantuk. Jika masih ada kantuk, berarti tidur masih kurang. Jika tidur sudah cukup tapi masih mengantuk, ini yang disebut kantuk berlebihan, hipersomnia. Jangan samakan kantuk dengan kemalasan. Tidak. Tentukan sendiri apakah Anda termasuk penidur singkat atau tidak, setiap orang membutuhkan lama waktu yang berbeda untuk tidur. Namun yang pasti tidur cukup berdampak baik pada kesehatan dan meningkatkan produktivitas.

* Praktisi kesehatan tidur, konsultan utama Sleep Disorder Clinic - RS. Mitra Kemayoran, pendiri @IDTidurSehat , penulis buku Ayo Bangun! anggota American Academy of Sleep Medicine

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com