Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Optimalkan 1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak

Kompas.com - 25/01/2012, 14:34 WIB

Kompas.com - Bayi baru lahir sampai berusia dua tahun disebut oleh para pakar gizi sebagai bagian dari kelompok Window of Opportunity. Jika bayi sejak di kandungan kekurangan gizi dan berlanjut sampai ia berusia dua tahun, hilanglah kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidupnya di masa datang.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) saat ini menyoroti pentingnya mengoptimalkan kualitas gizi anak pada 1.000 hari pertama kehidupannya. 1.000 hari pertama itu meliputi 270 hari dalam kandungan dan 730 hari pada pertumbuhan awal atau dua tahun pertama.

Ali Khomsan, Guru Besar dari Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor, menjelaskan bahwa masa 1.000 hari pertama tersebut bersifat ireversible alias tidak dapat digantikan dan diperbaiki.

"Pertumbuhan balita adalah sebuah jendela kesempatan, jika terlewat kita tidak bisa kembali lagi dan kerusakannya permanen," katanya dalam sebuah acara revitalisasi posyandu di Bekasi, Jawa Barat (24/1).

Berdasarkan kajian dari berbagai studi tentang pengaruh kekurangan gizi pada pengembangan kecerdasan anak, Martorell menyimpulkan bahwa kekurangan gizi berdampak pada perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian atau kemampuan konsentrasi, menurunnya kemampuan belajar, serta rendahnya hasil belajar.

"Dampak kekurangan gizi pada kemampuan kognitif tidak hanya terjadi pada anak yang mengalami gizi buruk tapi juga anak yang mengalami gangguan pertumbuhan atau anak pendek," kata Prof.Fasli Jalal, dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.

Gizi berperan dalam proses pembelahan sel syaraf otak sehingga jumlah sel bertambah banyak. Gizi juga amat menentukan pertumbuhan sel syaraf sehingga ukurannya menjadi lebih besar. Karena itu anak yang cerdas adalah anak-anak yang terpenuhi kebutuhan zat-zat gizinya.

Dibandingkan sejumlah negara di Asia, kondisi gizi di Indonesia memprihatinkan. Sebagai contoh, tingkat konsumsi susu di Indonesia hanya 7 liter per kapita tiap tahun per orang. Bandingkan dengan Malaysia yang mencapai 20 liter per kapita per tahun.

Sementara itu, asupan gizi makro di Indonesia, khususnya protein dan kalori, masih rendah. Apabila kekurangan gizi makro, tumbuh kembang anak akan terhambat yang ditandai dengan berat badan kurang.

Perbaikan gizi, menurut Ali, perbaikan gizi hendaknya dimulai sejak dalam masa kehamilan, saat menyusui, hingga anak berusia dua tahun. "Mulai dengan melakukan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI ekslusif. Setelah anak mulai mendapat makanan pendamping ASI, perhatikan jumlah, jenis, jadwal dan keamanan makanan anak," imbuhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com