Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang-orang Bergigi Keropos dari Ijen

Kompas.com - 26/01/2012, 21:10 WIB
Oleh Ahmad Arif, Indira Permanasari, dan Siwi Yunita Cahyaningrum


KOMPAS - Deras air Sungai Banyuputih ibarat tuba yang diam-diam menggerogoti hidup. Air yang mengalir dari Gunung Ijen ini sangat asam, nyaris seperti air aki. Namun, kemiskinan menyebabkan warga terpaksa menggunakan air itu selama bertahun-tahun.

Siang itu hujan deras mengguyur Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Situbondo, Jawa Timur. Tini (30) duduk di amben bambu bersama suami, Slamet Haryadi (30), dan anak tunggalnya, Nihari (11). Dari ruang dalam rumah gedek itu, Sungai Banyuputih terlihat mengalir deras. Anak-anak hingga orang tua merayakan limpahan air itu. Mereka mandi, menggosok gigi, mencuci beras, atau mengambil air sungai itu untuk keperluan di rumah. Banyuputih artinya ’air putih’ karena pada musim kemarau, warnanya menjadi putih kehijauan dan berbuih.

Dengan ramah, keluarga buruh tani di kaki Gunung Ijen ini menyambut kami. Sesekali senyum Tini mengembang, memperlihatkan sederet gigi yang kecoklatan. Tak hanya Tini, suami dan anaknya juga mengalami masalah gigi yang sama.

Keluarga Tini tidak ingat kapan gigi-gigi mereka menjadi coklat tua, keropos, dan terkikis hingga bergerigi. Mereka tak merasa aneh dengan gigi coklat itu karena semua tetangga mereka juga mengalami.

Namun, gigi-gigi itu sebenarnya hanya etalase yang mengabarkan tentang perusakan tubuh karena menggunakan air yang memiliki kadar keasaman (pH) 3-4 (kadar pH air layak minum sekitar 7) dan bisa lebih asam lagi saat kemarau. Berbagai macam penyakit dalam, seperti ginjal, menghantui warga.

Pencemaran

Awalnya, warga Desa Bantal tak pernah menyangka air Sungai Banyuputih yang membelah desa itulah yang merusak gigi. Hingga sejak 1997, nyaris seluruh tanaman padi di desa itu tiba-tiba mati.

Sri Sumarti, peneliti dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta, mengatakan, masyarakat desa awalnya mengira tanaman padi itu mati karena limbah pabrik tebu.

”Waktu kami teliti, ternyata itu disebabkan air asam dari Banyuputih,” kata Sri yang meneliti Ijen dan Banyuputih sejak 1996. ”Banyuputih mendapat pasokan air dari Sungai Banyupahit yang berhulu di Kawah Ijen,” ungkapnya.

Sri menemukan, selama ratusan tahun, Kawah Ijen bocor dan mencemari Sungai Banyupahit yang merupakan hulu dari Sungai Banyuputih. Saat diukur, kadar keasaman Sungai Banyupahit bisa mencapai 0,8. Saat curah hujan kurang, tingkat keasaman di Kawah Ijen meningkat, demikian juga sungai-sungai yang mendapat pasokan airnya. Keasaman itu terbentuk lantaran tingginya kandungan asam sulfat, klorin, dan fosfor.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com