Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berani Bilang Tidak pada Anak?

Kompas.com - 10/05/2012, 12:15 WIB

KOMPAS.com - Anak merengek karena Anda melarangnya menonton televisi jelang jam tidur, atau Anda seringkali kesulitan meminta si kecil berhenti bermain bola di dalam ruang tamu atau keluarga. Jika hal ini masih sering Anda alami di rumah, tandanya Anda belum cukup mahir mengatakan "tidak" pada anak untuk mendisiplinkannya.

Pengasuhan di era modern kerap menyarankan orangtua untuk bersikap lebih demokratis. Yakni bernegosiasi untuk menghindari konfrontasi, dengan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Namun, terkadang cara ini tak berhasil dan orangtua cenderung frustasi menghadapi anak yang tak mau mendengarkan orangtuanya.

Banyak orangtua mengalami hal ini, barangkali Anda salah satunya. Kegiatan sosial untuk anak dan keluarga berskala nasional di Inggris, 4Children melaporkan lebih dari 50 persen orangtua mengaku rutin mengalami konflik dengan anak-anak. Seperti adu argumen dengan anak, bahkan konflik ini dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga.

Orangtua mungkin sudah membekali diri dengan ilmu pengasuhan, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Namun ketika si anak lahir, orangtua minim dukungan dan masih harus bergelut dengan berbagai konflik dalam pengasuhan. Alhasil, banyak orangtua yang mengalami konflik saat mengasuh anak. Mungkin, hanya tujuh persen orangtua yang mengklaim tak mengalami konflik ini dan memiliki kehidupan yang damai dengan anak-anaknya.

Agar anak mau menuruti permintaan orangtua, setiap keluarga memiliki resep masing-masing. Setiap keluarga punya cara berbeda, karena pada dasarnya anak-anak merupakan pribadi unik yang tak sama satu dengan lainnya.

Disiplin juga perlu diterapkan dalam keluarga, dengan meminimalisasi negosiasi. Artinya orangtua tak selalu harus memberikan pilihan kepada anak-anak. Mungkin cara ini terdengar kuno, namun ada waktunya anak-anak juga harus patuh pada perkataan orangtua apalagi jika ruang negosiasi yang sudah terbuka selama ini, hanya berujung pada konflik dan membuat orangtua semakin frustasi menghadapi tingkah laku anak-anak.

Metode 1-2-3
Meski ruang negosiasi tak lagi longgar, dan Anda menerapkan kedisiplinan bukan berarti orangtua bersikap kaku terhadap anak-anaknya.

Anda bisa mencontoh cara Anna Maxted, penulis buku The Horrible Princess (Tom And Matt) yang menerapkan metode 1-2-3 Magic. Metode ini dapat Anda pilih sebagai panduan pengasuhan yang dirancang oleh psikolog klinis Dr Thomas W Phelan. Cara ini bisa menjadi senjata ampuh orangtua untuk mengambil alih kendali di rumah, terutama terhadap anak usia empat.

Dr Phelan menyarankan orangtua untuk berhenti bernegosiasi dengan anak, karena sebenarnya anak-anak tak tertarik dengan argumen orangtuanya. Jika anak mengabaikan Anda yang memintanya berhenti ngemil biskuit jelang waktunya makan, alihkan amarah Anda. Jangan terpancing emosi dengan sikapnya, tapi mulailah beri peringatan tegas.

Sekali Anda memeringatinya, dan anak mengabaikannya, katakan dengan tegas, "Oke, satu kali". Lalu anak Anda masih bersikeras dengan sikapnya, dan menolak ajakan Anda setelah lima detik kemudian, katakan, "Dua kali". Jika sampai hitungan ketiga yang merupakan peringatan akhir, anak masih juga tak mendengarkan Anda, berikan hukuman lima menit dengan memintanya ke luar ruangan atau minta ia masuk dalam kamar. Setelah lima menit, izinkan anak kembali bergabung bersama Anda di ruang makan misalnya, namun jangan memulai diskusi apa pun dengannya.

Boleh jadi anak-anak Anda akan menganggap orangtuanya kejam. Barangkali mereka akan menyebut Anda dengan mengutarakan kata-kata seperti, "Aku benci Ibu, Ibu jahat". Mengenai hal ini Dr Phelan menyarankan orangtua untuk menyingkirkan emosi saat menerapkan disiplin, sehingga Anda bisa mengontrol temperamen termasuk temperamen anak-anak.

Cara ini terbukti berhasil bagi keluarga Maxted. Anak-anak pun menjadi lebih menghargai orangtua, dan waktu yang tadinya terpakai untuk bernegosiasi dengan anak sambil beradu argumen, justru bisa dimanfaatkan orangtua untuk bermain bersama anak-anaknya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com