Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percaya Vs Paranoid

Kompas.com - 12/06/2012, 15:40 WIB
Halo Prof

Konsultasi kesehatan tanpa antre dokter

Temukan jawaban pertanyaanmu di Kompas.com

KOMPAS.com - Ada suatu kasus, seorang klien kami sudah habis kepercayaannya pada sang suami. Sudah dua kali dia menemukan suaminya  menyeleweng. Dia memutuskan menceraikan suaminya. Mereka benar-benar bercerai. Sementara ada kasus lain, di mana seorang istri, meski sang suami ketahuan belasan kali menyeleweng namun memilih tetap memaafkan dan memberi sang suami "kesempatan kedua". Setelah sempat pisah ranjang selama beberapa tahun kini Sekarang pernikahan mereka oke dan bertumbuh lebih baik.

Apa yang membedakan klien satu dengan kedua?

Tentu masalah di atas bisa kita bahas dari pelbagai sisi. Tapi ijinkan saya menulis dari sudut rasa percaya (trust)

Salah satu kebutuhan emosi manusia adalah rasa percaya. Mempercayai dan dipercayai, baik individu maupun kelompok. Rasa percaya terbentuk oleh pengalaman positif sejak balita, bahkan sejak dalam kandungan. Rasa percaya kepada  ortu terbentuk karena mendapatkan pengasuhan yang baik dari ayah dan ibu.

Dipeluk, diberi makanan, waktu, perlindungan, rasa  aman dan perhatian yang cukup. Maka jangan heran, saat seorang anak diletakkan di sebuah meja tinggi diminta melompat oleh ayah atau ibunya, dia berani melompat. Karena percaya pada orang tuanya.

Perasaan dekat, rindu dan suka bersama Ibu juga menunjukkan rasa percaya dan aman bersama sang Ibu. Bahkan di tengah kegelapan malam sekalipun. James Fowler menamakan ini dengan "iman kodrati".

Beda dengan anak yang diabaikan, kurang kasih, perhatian dan waktu, apalagi mendapat kekerasan. Mereka tumbuh dengan perasaan tidak aman. Sulit mempercayai seseorang yang baru. Hingga akhirnya berdampak dalam hubungannya dengan Tuhan. Tidak mudah percaya.

Bagi James Fowler, Jika iman kodrati si anak  baik, maka dia lebih mudah dalam membangun "iman adikodrati", yakni iman kepada Tuhan, dan mudah membangun trust dalam relasi dengan orang terdekat.

Tetapi, jika iman kodratinya buruk, bisa mengganggu pengenalan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Tumbuh dengan rasa curiga yang tinggi hingga mengidap paranoid.

Jangan heran, banyak orang setelah dewasa sulit percaya Tuhan. Jika individu menjadi kaya dia cenderung angkuh dan mengandalkan diri sendiri. Jika hidupnya sulit, cenderung melakukan kejahatan apakah korupsi, mencuri hingga berbuat kejahatan lainnya terhadap sesama. Intinya tidak takut akan Tuhan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com