Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berobat Tak Tuntas, Depresi pun Kambuh

Kompas.com - 14/06/2012, 08:42 WIB

TANYA :

Salam Dokter Andri. Saat ini saya masih dalam masa penyembuhan dari depresi. Sudah sekitar 2 bulan saya tidak lagi minum obat dari psikiater yang menangani saya. Saat itu saya sudah bosan dengan obat dan bertekad untuk sembuh bagaimanapun caranya. Dalam 2 bulan terakhir kondisi saya sudah cukup membaik, saya tidak lagi sering menangis, dan saya juga mulai berani keluar rumah dan bertemu orang-orang. Masalahnya saya masih takut untuk bersosialisasi atau bahkan berteman. Saya paling takut disakiti orang lain. Di sisi lain saya juga kesepian karena tidak punya teman.  Alhasil dalam dua pekan belakangan saya sering sedih kalau merasa sendirian.

Tiga pekan yang lalu saya sakit dan akhirnya ke dokter sampai dua kali. Akhirnya dokter menyampaikan bahwa kemungkinan saya terkena Irritable Bowel Syndrome, yang mungkin disebabkan karena stres. Oleh dokter saya disarankan untuk diet. Masalahnya sampai 3 pekan berlalu gejala-gejala seperti sakit perut dan diare, mual, perut terasa penuh tidak hilang, apalagi ketika saya merasa tegang, khawatir, sedih, pasti sakit perut itu akan memburuk dan hilangnya juga lama sehingga saya merasa tak nyaman karena kondisi perut hampir seharian dan itu pun membuat saya tambah khawatir. Apa yang harus saya lakukan agar kondisi fisik dan psikis saya membaik, Dokter? Terima kasih atas jawabannya.

(Arlina,23, Depok)

 

 

JAWAB :

Arlina yang baik,
Salah satu hal yang menjadi perhatian saya adalah tidak tuntasnya Arlina dalam mengobati depresi yang dialami. Kepustakaan dan penelitian mencatat bahwa depresi harus diobati secara lengkap dalam jangka waktu tertentu. Berbagai saran dari penelitian sebelumnya mengatakan depresi episode pertama harus diobati minimal 6 bulan sejak gejala depresi membaik, bahkan untuk kasus episode depresi yang berulang harus diobati sampai 2 tahun.

Memang, kelihatannya sangat panjang dan bahkan pasien merasa mengapa harus terus makan obat padahal gejalanya sudah membaik. Hal ini disebabkan karena keberulangan depresi bahkan pada kasus-kasus yang diobati secara lengkap saja sangat besar yaitu sekitar 50%. Kita memahami saat ini bahwa depresi disebabkan oleh banyak faktor, yaitu biologi, psikologi dan sosial.

Faktor biologi terkait dengan genetik orang tersebut dan saat ini sedang dipelajari suatu genetik yang menghubungkan dengan gejala-gejala yang lebih mudah timbul pada orang yang memiliki gen depresi di dalam tubuhnya. Sudah sejak 2007-an saya sudah mendengar banyak ahli mengatakan bahwa depresi saat ini dianggap sebagai suatu gangguan sistemik yang bisa mempengaruhi seluruh organ dan fungsi tubuh.

Beberapa gangguan dan penyakit dihubungkan dengan depresi. Gangguan perut seperti yang dikatakan Arlina juga seringkali dikaitkan dengan stres,cemas dan depresi (baca tulisan saya mengenai ini di Kompas.com http://health.kompas.com/read/2012/06/11/11361792/.Irritable.Bowel.Syndrome.dan.Gangguan.Cemas). Saran saya anda harus kembali ke psikiater yang mengobati depresi anda. Itu salah satu cara yang paling baik dan diperlukan saat ini.

Semoga bermanfaat. Salam Sehat Jiwa.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com