Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Busana Peranakan Tampil Lebih Modern

Kompas.com - 18/06/2012, 14:58 WIB

KOMPAS.com - Terinspirasi dari kekayaan dan keunikan budaya peranakan, tiga desainer yang tergabung dalam Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), yaitu Jeanny Ang, Deden Siswanto, dan Rudy Chandra, menggelar pagelaran busana yang bertema "Beauty Treasure". Pagelaran ini tercetus dari kekaguman mereka terhadap keharmonisan percampuran budaya Indonesia dan China.

"Ide ini tercipta ketika kami pergi ke Museum Peranakan di Singapura. Kami melihat bahwa Indonesia punya pengaruh besar terhadap perkembangan budaya peranakan," tukas Jeanny Ang, saat konferensi pers "Beauty Treasure" di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Kamis (14/06/2012) lalu. Ide tersebut mereka wujudkan dalam peragaan busana yang mengangkat pengaruh busana peranakan untuk gaya berbusana modern.

Sebenarnya, ketiga desainer ini memiliki interpretasi yang berbeda dalam menerjemahkan budaya peranakan. Dalam fashion show, mereka menghadirkan koleksi busana peranakan yang dikemas dari sudut pandang, style, dan spesialisasi mereka.

"Tak hanya itu, kami juga punya versi cerita masing-masing tentang budaya peranakan, yang dihadirkan dalam satu rangkaian cerita yang saling berkaitan, dan menggambarkan tahap kehidupan manusia," ungkap Deden Siswanto. Satu kesamaan desain yang dihadirkan oleh ketiga desainer ini terlihat dalam penggunaan bordir untuk mempertegas ciri Tionghoanya.

Yang muda yang ceria
Fashion show dibuka dengan koleksi Jeanny Ang yang hadir dalam pilihan warna-warna busana cerah seperti pink, biru, kuning, hijau, dan oranye. Koleksi ini diperuntukkan bagi kaum muda. "Busana ini terinspirasi dari festival lentera dalam budaya ChIna yang melambangkan pengharapan dalam cinta, hubungan manusia yang lebih baik, hubungan dengan alam, rejeki, dan pengharapan dalam kualitas hidup," tukas Jeanny.

Kemeriahan dan energi positif dalam pengharapan ini diungkapkan dalam busana-busana bergaya feminin dan romantis. Ia menampilkan 25 set busana yang terbagi dalam tiga sesi. Sesi pertama menampilkan tujuh mini dress; lalu sembilan kebaya peranakan di sesi kedua, dan sembilan gaun malam di sesi ketiga.

Tiga sesi yang dihadirkan Jeanny ini banyak memadukan atasan tanpa lengan, atasan berlengan pendek yang digabungkan dengan rok mini bervolume, sampai rok pensil. Gaya rok panjang asimetris juga terlihat dalam koleksinya.  Selain itu ia juga banyak menghadirkan koleksi gaun malam panjang dengan siluet yang membentuk tubuh dan aksen mermaid di bagian bawah.

 jenny

Untuk menonjolkan karakter desainnya yang cantik dan feminin, ia banyak menggunakan aplikasi bordir bentuk bunga sehingga menghasilkan efek tiga dimensi. Material yang dipilih untuk sebagian besar busananya adalah kain yang dicetak khusus sehingga memiliki motif yang sama pada kedua sisinya. Beberapa material lain yang digunakan antara lain tulle, organza, sutera, dan satin silk.

Sisi gelap peranakan
Jika Jeanny banyak bercerita tentang keindahan dan keceriaan budaya peranakan, Deden Siswanto memilih untuk menghadirkan sisi gelap dari budaya ini. "Dalam perkembangannya, proses asimilasi punya sisi gelap, misterius, dan seringkali berbenturan dengan tradisi dan kebiasaan masyarakat setempat," tukas Deden.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com