Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/07/2012, 09:37 WIB

Kompas.com - Keputusan pemerintah Swiss yang mengijinkan tes kromosom untuk mendeteksi kelainan down syndrome pada janin menuai kontroversi. Tes tersebut dinilai akan memicu lebih banyak aborsi jika ternyata janin yang dikandung terbukti down syndrome.

Tes down syndrome (DS) itu dilakukan dengan mengambil contoh darah ibu hamil untuk mengetahui ada tidaknya kelainan genetik pada kromosom nomor 21, atau disebut dengan trisomi 21. Tes dengan sampel darah tersebut diklaim tidak beresiko dibandingkan dengan tes konvensional seperti amniosentesis yang memerlukan sampel cairan ketuban.

Menurut LifeCodexx, perusahaan yang melakukan tes tersebut, permintaan akan tes skrining DS di Swiss cukup tinggi, baik dari kalangan dokter atau ibu hamil. Tes serupa juga telah dipasarkan di Jerman, Austria, dan Lieschtenstein.  

Di Swiss, tes skrining tersebut masuk dalam penggantian asuransi kesehatan. Menurut rencana tes tersebut akan dilakukan mulai pertengahan bulan Agustus.

Rencana skrining tersebut mendapat kritikan dari federasi internasional down syndrome dan telah mengajukan keberatan pada pengadilan hak asasi manusia di Eropa. Federasi yang mewakili 30 asosiasi di 16 negara itu menegaskan pentingnya melindungi hak hidup orang yang menderita down syndrome dan orang cacat lainnya.

Tanda fisik orang dengan down syndrome berupa wajah mongoloid, hidung pesek, mulut terbuka, lidah menjulur, jarak pupil mata melebar, bentuk telinga yang tidak normal dan kelemahan otot. Secara umum, anak DS mempunyai keterlambatan dalam tumbuh kembang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com