Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2012, 08:05 WIB

Jakarta, Kompas - Terapi HIV/AIDS menggunakan antiretroviral mampu menekan angka kematian. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, angka kematian rata-rata kasus AIDS ditekan dari 40 persen tahun 1987 menjadi 0,2 persen pada Maret 2012.

Menurut Prof Sjamsuridjal Djauzi dari Unit Pelayanan Terpadu HIV FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo (dulu Kelompok Studi Khusus/Pokdisus AIDS), akhir pekan lalu, penurunan kematian kasus AIDS terjadi sejak ada bantuan obat antiretroviral dari pemerintah pada 2004. Dia mencontohkan, berdasarkan data Pokdisus, dari angka kematian (case fatality rate/CFR) 40 persen tahun 2006 turun menjadi 17 persen tahun 2008.

Terapi antiretroviral menekan replikasi virus sehingga mampu menghambat perkembangan HIV/AIDS walaupun tidak menyembuhkan. Angka kematian juga ditekan dengan membaiknya deteksi dini kasus. ”Dulu, orang yang terinfeksi HIV datang pada stadium lanjut,” ujarnya.

Dengan membaiknya penyuluhan dan deteksi dini, kasus tertangani lebih awal, saat CD4 (tingkat sistem imun) cukup baik, lebih dari 200. Selain itu, belum ada infeksi oportunistik akibat merosotnya kekebalan tubuh. Infeksi lain menyebabkan tingginya angka kematian.

”Kalau obat diminum teratur dan dijaga tidak muncul infeksi oportunistik, sangat mungkin orang dengan HIV/AIDS hidup sampai tua,” ujarnya. Di Indonesia sudah ada orang dengan HIV/AIDS yang selama 18 tahun menggunakan antiretroviral.

Terapi antiretroviral juga dapat digunakan untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi yang dikandung dan dilahirkan.

Menurut Janto Lingga, dokter dan mentor manajemen HIV dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang juga mantan Ketua Kelompok Kerja HIV di RS Sulianti Saroso, antiretroviral memungkinkan orang dengan HIV/AIDS dapat mengelola penyakitnya, seperti halnya penderita penyakit kronis lain.

Janto menyatakan, penghitungan CFR pada kasus HIV/AIDS tidak tepat karena CFR biasanya digunakan untuk kasus penyakit akut. (INE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com