Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2012, 15:37 WIB

Kompas.com - Tekanan darah tinggi alias hipertensi pada umumnya diderita oleh mereka yang sudah lanjut usia. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir terjadi tren peningkatan pasien anak-anak hipertensi.

Jumlah pasien anak-anak yang menderita hipertensi dan dirawat di rumah sakit naik dua kali lipat dari 12.661 di tahun 1997 menjadi 24.602 kasus di tahun 2006. Data tersebut memang data di Amerika Serikat, tetapi dengan meningkatnya kasus obesitas di seluruh dunia bukan tidak mungkin anak-anak di Indonesia juga mengalaminya.

Sayangnya hipertensi tidak memberikan gejala. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan pengukuran tekanan darah dalam arteri.

Menurut situs Ikatan Dokter Anak Indonesia, hipertensi pada anak dibagi dalam dua kategori, yaitu hipertensi primer bila penyebabnya tidak dapat dijelaskan atau tidak diketahui penyakit dasarnya, biasanya berhubungan dengan stres, keturunan, atau kegemukan. Sedangkan hipertensi sekunder terjadi akibat adanya penyakit lain.

Data di Indonesia menunjukkan 80 persen kasus hipertensi pada anak bersifat sekunder. Biasanya disebabkan karena penyakit ginjal atau gangguan hormonal.

Klasifikasi hipertensi menurut derajatnya adalah hipertensi ringan, bila tekanan darah baik sistolik maupun diastolik berada 10 mmHg di atas persentil ke-95 (khusus remaja 150/100-159/109 mmHg). Hipertensi sedang, bila tekanan darah baik sistolik maupun diastolik lebih besar dari 20 mmHg di atas persentil ke-95 (khusus remaja besar dari 160/110 mmHg.

Kenaikan jumlah pasien anak-anak penderita hipertensi ini berdampak pada biaya kesehatan dan biaya ekonomi. Apalagi, menurut data anak penderita hipertensi umumnya dirawat dua kali lebih lama di rumah sakit dibandingkan dengan penyakit lain.

Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan darah tinggi, tetapi kondisi ini bisa dicegah dan dirawat. Perubahan pola makan dan obat-obatan bila perlu dapat membantu mengendalikan tekanan darah dan mempertahankannya pada tingkat yang aman.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com