Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/08/2012, 09:30 WIB

Gentofte, Kompas - Meski diabetes melitus penyebab kematian tertinggi dari penyakit tidak menular, mengidap diabetes bukan akhir dari segalanya. Perubahan gaya hidup, perawatan menyeluruh, dan dukungan keluarga akan membuat pengidap diabetes hidup normal seperti orang sehat.

Kepala Unit Riset Klinik Steno Diabetes Center (SDC) Prof Lise Tarnow di Gentofte, Denmark, Selasa (28/8), mengatakan, makin dini dideteksi, makin tinggi keberhasilan terapi diabetes. Demikian laporan wartawan Kompas M Zaid Wahyudi.

Pengecekan dan pengendalian gula darah secara rutin membuat peran dokter umum sangat penting. Di Denmark, 85-90 persen kasus diabetes ditangani dokter umum. Sisanya dirujuk ke dokter spesialis.

SDC, lembaga nonprofit dan pusat riset Novo Nordisk itu, melakukan penapisan untuk mencegah munculnya gangguan pada mata atau kaki akibat diabetes. Adapun untuk penanganan medik, pasien dirujuk ke rumah sakit pemerintah.

Menurut Tarnow, pemeriksaan mendetail oleh tim medik yang kompeten membuat jumlah penderita diabetes di Denmark yang harus menjalani amputasi atau cuci darah terus menurun.

Kondisi di Denmark berkebalikan dengan Indonesia. Kasus amputasi dan cuci darah pada pengidap diabetes terus bertambah. Selain keterlambatan deteksi, ada kendala kurangnya pengetahuan tenaga medis dan rendahnya kesadaran penderita.

Direktur Pelaksana World Diabetes Foundation Anil Kapoor mengingatkan pentingnya negara-negara berkembang lebih agresif menangani diabetes. Saat ini, diprediksi 79 persen pengidap diabetes dan 88 persen kematian akibat diabetes terjadi di negara berkembang. Tingginya kematian itu dipicu penyakit penyerta yang terkait dengan diabetes, seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi.

Kepala Pusat Promosi Kesehatan Steno (SHPC) Bjarne Bruun Jensen menambahkan, prinsip penanganan diabetes adalah mengubah manusia dan lingkungan sosialnya. Pendidikan bagi pasien diabetes, pencegahan diabetes bagi kelompok berisiko, dan promosi tentang diabetes tidak bisa hanya dilakukan oleh dokter. Di SHPC, promosi kesehatan terkait diabetes juga dilakukan oleh ahli kesehatan masyarakat, antropolog, sosiolog, ahli etnologi, psikolog, ahli pendidikan, ahli komunikasi, hingga ahli desain.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com