Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/09/2012, 16:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Urusan pengendalian rokok erat kaitannya dengan perilaku masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengendalikan kebiasaan buruk ini butuh penyebaran informasi serta keteladanan yang baik di masyarakat.

Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Prof.dr.Hasbullah Thabrany, MPH saat ditemui dalam acara diskusi bersama media di Jakarta, Senin (17/9/2012). Penyebaran informasi tentang bahaya merokok, kata Hasbullah, saat ini masih menemui banyak kendala di masyarakat. Hal ini terjadi karena ketimpangan informasi dari pemerintah dan industri rokok.

"Bayangkan saja, anggaran promosi kesehatan Kementerian Kesehatan tidak sampai Rp 100 Miliar. Sementara, industri rokok itu anggarannya triliunan sehingga bisa pasang iklan dan publikasi di mana saja," ujarnya.

Tak hanya masalah anggaran, menurut Hasbullah, upaya pengendalian Kementerian Kesehatan ini perlu dukungan nyata dari Kementerian lain seperti perdangangan maupun industri.

"Kalau Kemenkes sendiri ya tidak bisa. Kementerian lain harus bantu. Selama ini mereka ketakutan karena mendapat bisikan dari industri jika regulasi rokok digulirkan maka akan mengancam petani tembakau dan sebagainya," jelasnya.

Para pejabat harus melek hati untuk urusan rokok. Mengutip penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 500 orang di Indonesia meninggal dunia setiap tahun karena pengaruh rokok. Namun, kata Hasbullah, angka kematian yang cukup tinggi ini masih belum cukup menggerakkan hati para pejabat.

"Korban karena rokok ini tersebar di seluruh daerah, sehingga membuat dampaknya seperti tidak terlihat. Mungkin kalau korban karena rokok ini dipampang di Kemenkes baru mereka tahu bahayanya," ujarnya.

Selain soal penyebaran informasi, Hasbullah mengakui di Indonesia jarang muncul keteladanan dari public figure yang peduli urusan merokok. Berbeda dengan di India, dimana Menteri Kesehatannya meminta para artis peran tidak beradegan merokok dalam film atau tayangan televisi.

"Role model itu penting sehingga anak-anak atau masyarakat yang menonton bisa mencontoh," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com