Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/12/2012, 14:00 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com – Cantik dengan tubuh proposional saja tak cukup untuk menjadi seorang Puteri Indonesia dari Jawa Timur. Jawa Timur mencari seorang puteri dengan kualitas 3 B: Brain, Beauty & Behavior.

Dalam menjaring peserta yang berpontensi untuk mewakili Jawa Timur di ajang nasional serta Internasional, dewan juri yang terdiri dari Canang Wijanarko, SE (Yayasan Puteri Indonesia), Dewi Maharani dari (Dewan Pembina Ikatan Puteri Indonesia Jatim), Fadhli SE, MM (Mustika Ratu),dan runner up 1 Putri Indonesia Jawa Timur, Ayu Paramitha, menyeleksi 15 finalis dalam sesi penjurian pribadi.

Para finalis yang menjalani  karantina di hotel Country Heritage, Surabaya, mendapat kesempatan satu persatu mengikuti sesi penjurian pribadi.  Dalam sesi ini finalis menjalani serangkaian tes mulai dari pengetahuan umum, pengetahuan tentang potensi pariwisata Jawa Timur, keluwesannya berjalan di catwalk hingga bakat yang terpendam.

Sesi penjurian berlangsung seru. Masing-masing juri memberikan pertanyaan yang mendalam kepada para finalis. Termasuk isu-isu yang sedang berlangsung mulai dari tingkat daerah hingga nasional. Beberapa finalis tampak gugup dan memberikan jawaban yang berbelit-belit. Tapi tak sedikit juga yang terlihat tenang serta mampu menjawab dengan penuh keyakinan.

Finalis yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, mulai dari hukum, manajemen, ekonomi, pangan hingga kedokteran mendapat pertanyaan yang tidak saja berkaitan dengan bidangnya seperti masalah hukum, pendidikan, ekonomi, sosial, atau kesehatan, tapi juga mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan di luar cakupan bidang studi serta profesi yang digelutinya saat ini.

Sayangnya, berbeda dengan pemilihan kota lain seperti Bandung, Jawa Barat, pemilihan daerah Jawa Timur tak menggelar sesi khusus malam bakat. Malam dimana para finalis Puteri Indonesia yang selalu terkenal kemampuannya dalam menampilkan bakat olah seni tak digelar.

Menanggapi ini ketua panitia penyelenggara, Wiwiex Soedarno mengatakan,“Yang saya tahu di TOR (term of preference) dari YPI malam bakat bukan hal yang mutlak. Dan juga masalah waktu yang terbatas tak memungkinkan menggelar acara tersebut.”

Meski demikian, dewan juri cukup jeli menanyakan bakat terpendam dari finalis Puteri Indonesia daerah Jatim dan meminta mereka menampilkannya. Menariknya, sebagian besar finalis bisa menari tradisional daerahnya, paling tidak mereka pernah mempelajarinya waktu kecil.

Salah satu finalis asal Banyuwangi, Reyza Fitri Aninda, mahasiswa semester satu Magister Kenotariatan, Universitas Airlangga dengan fasih menarikan tari daerah Banyuwangi. Walaupun tanpa musik, Ica begitu panggilan akrabnya, tetap berlenggak-lenggok dengan gemulai dan memukau.

“Penjurian sesi pribadi cukup menegangkan dan pertanyaan yang keluar sungguh tak terduga,”ujar Vieza Wimartin finalis asal Malang menanggapi sesi penjurian tersebut dan ia lega karena merasa mampu melewatinya tanpa kendala.
 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com