Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/12/2012, 22:53 WIB

KOMPAS.com - Sebagai ibu, ungkapan kasih sayang seperti apa yang Anda terima di Hari Ibu? Anak-anak boleh jadi memberikan rangkaian atau setangkai  bunga yang cantik petanda cinta. Atau seharian, Anda dibanjiri perhatian sebagai bentuk apresiasi atas peran yang Anda jalankan sebagai ibu. Dengan ungkapan kasih sayang melimpah, pernahkah terbersit pertanyaan dalam diri, "Apakah saya layak menjadi panutan bagi anak-anak? Apakah saya ibu yang berbahagia dan penuh cinta dalam menjalankan peran dalam keluarga?

Leadership Motivator dan Coach, Ainy Fauziyah, CPC (Certified Professional Coach), mengatakan jika perempuan merasa berat menjalankan perannya sebagai ibu, sebenarnya ia tak bahagia dengan dirinya. Kalau ibu belum merasa memiliki anak-anak yang memenuhi  harapan/impiannya,  tak memiliki kelekatan dengan anak bahkan merasa berjarak, atau menemukan sikap/tutur kata kasar dalam diri anak yang menimbulkan rasa kecewa, bisa jadi kita belum menjadi ibu yang penuh cinta untuk anak-anak dan keluarga.

Berbahagia
“Manusia yang paling berbahagia adalah mereka yang pandai bersyukur apa pun kondisinya. Ia selalu punya impian dan berusaha mencapainya, namun tetap memiliki kepedulian yang membuatnya tak lupa bersyukur dalam hidupnya. Dengan memiliki rasa peduli, ia juga peduli dengan dirinya, memastikan dirinya sehat, juga peduli dengan orang lain. Ia juga berpikiran sehat, karena pikiran sehat membuat kita bahagia,” tutur pengasuh Rubrik Konsultasi Pengembangan Diri Kompas Female ini.

Ainy melanjutkan, ibu yang bahagia tak melihat berbagai konflik/masalah dalam rumah tangganya, dalam keluarga, dengan anak-anak, sebagai hukuman. Justru ia melihatnya sebagai peluang. Ia takkan menganggapnya beban justru kesempatan menunjukkan perannya.

“Kalau bukan saya siapa lagi yang berperan, inilah gunanya saya hadir sebagai ibu, inilah tanggung jawab saya, dan ia tak pernah menjalani hidupnya juga perannya sebagai beban,” ungkap penulis buku "Dahsyatnya Kemauan" ini.

Dengan begitu, apa pun masalah yang tengah dihadapinya, seorang ibu yang bahagia tetap berdaya menjalani perannya dalam keluarga. Tidak menyerah dan mencari alasan sebagai bentuk pembenaran, namun lebih fokus pada solusi, bahkan bertindak untuk memperbaiki kondisi.

“Setiap ibu punya prinsip bahwa kehidupan anak-anaknya harus lebih baik lahir dan batin. Selama punya prinsip/mimpi bahwa anak-anak harus luar biasa dan mulia, fokuslah pada impian itu. Sehingga ketika mengalami ketidakseimbangan dalam hidup, seorang ibu tidak akan melihatnya sebagai masalah tapi sebagai peluang untuk menunjukkan tanggung jawabnya sebagai ibu,” tuturnya.

Ibu yang berbahagia juga tahu kapan saatnya untuk menjaga diri, termasuk menikmati me time, memelihara dirinya dengan tidak membiarkan merusak dirinya sendiri. Dengan tetap menjaga kesehatannya misalnya, juga merawat dirinya sebagai bentuk penghargaan atas diri.

Penuh cinta
“Jadilah ibu yang penuh cinta,” ujar Ainy. Caranya, jangan sungkan memberikan apresiasi pada anak, bertutur kata yang baik, ucapkan terima kasih, berikan anak pelukan, inilah ungkapan cinta ibu. Dengan ibu bersikap penuh cinta, betapa pun anak-anak melakukan tindakan negatif yang mengecewakan, anak akan luluh dengan kebaikan yang ibu tebarkan. Bukan mustahil, justru anak akan merasa selalu dekat dengan ibunya, begitu pun sebaliknya. Kebersamaan terpelihara, kelekatan pun terjaga.

“Setiap tindakan negatif anak akan luluh dengan pelukan,” jelasnya.

Ibu yang penuh cinta juga selalu menjaga tutur katanya. Kalau pun tak bisa berkata-kata lembut, ia akan selalu berkata-kata baik. “Bertutur kata, bersikap baik, ini penting karena anak akan menjadi apa yang kita katakan,” tutur Ainy.

Dengan menjadi pribadi berbahagia dan penuh cinta, ibu akan menjadi panutan dalam keluarganya. Kembali ke pertanyaan awal, “Sebagai ibu, sudahkah saya patut dicontoh oleh anak-anak saya?”. Hanya Anda yang bisa menjawabnya.

Ainy mengatakan, setiap ibu adalah panutan yang akan dicontoh oleh anak-anak. Setiap tutur kata, sikap, yang muncul dari ibu, maka anak akan mencontohnya. Menjadi panutan bukan berarti ibu harus punya jabatan tinggi, sukses dalam karier. Ibu layak menjadi panutan ketika mampu berdaya, mandiri tanpa melupakan perannya dalam keluarga, bersikap/bertutur kata baik, dan menjalani perannya dengan penuh cinta dan ketulusan bukan sebagai beban yang memberatkan dalam hidupnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com