Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/04/2013, 15:54 WIB

Kompas.com - Hipertensi alias tekanan darah tinggi meski tidak menunjukkan gejala namun merupakan penyebab utama penyakit stroke, gagal jantung, gagal ginjal, hingga mati muda. Di seluruh dunia, diperkirakan satu miliar orang menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia angkanya mencapai 32 persen.

Masih banyaknya masyarakat dunia yang kurang menyadari ancaman hipertensi mengundang keprihatinan. Apalagi menurut WHO, hampir sebagian besar orang yang menderita hipertensi ada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan beban kesehatan yang besar.

Jumlah penderita hipertensi di Indonesia pada tahun 1995, baru sekitar 5 persen dari populasi. Survei tahun 2008 yang dilakukan WHO menemukan angkanya sudah melonjak menjadi 32 persen. Tekanan darah tinggi umumnya lebih banyak diderita laki-laki.

Menurut Dr.Khancit Limpakarnjanarat, perwakilan WHO untuk Indonesia, peningkatan jumlah pasien hipertensi yang tinggi tersebut juga terjadi di India.

"Pada tahun 1960-an jumlahnya masih 5 persen, lalu menjadi 12 persen di tahun 1990-an, dan meningkat menjadi 32 persen di tahun 2008," katanya dalam peringatan Hari Kesehatan Sedunia di kantor Kementerian Kesehatan RI di Jakarta, Kamis (4/4/13).

Tekanan darah dipandang normal jika berada pada kisaran di bawah 120/80 mmHg. Anda dianggap menderita hipertensi bila tekanan darah 140/90 mmHg ke atas.

Penderita tekanan darah tinggi berisiko dua kali lipat menderita penyakit jantung koroner. Risiko penyakit jantung menjadi berlipat ganda apabila penderita tekanan darah tinggi juga menderita diabetes, hiperkolesterol, dan merokok.

Khancit menyebutkan, perbaikan pola hidup menjadi cara untuk mencegah komplikasi penyakit. Obat-obatan juga bisa membantu mengendalikan tekanan darah bilamana diperlukan.

"Kesadaran tiap individu harus ditingkatkan. Antara lain dengan melakukan pengukuran tensi secara berkala. Modifikasi pola makan dengan mengurangi garam juga membantu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com