Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2013, 16:41 WIB

KOMPAS.com - Apabila anak Anda perlu menerima pengobatan untuk permasalahan gigi dan mulut, ada baiknya untuk tidak menggunakan bius. Sebuah studi teranyar mengatakan, pemberian bius lokal pada anak akan menghambat perkembangan gigi geraham paling belakang atau disebut juga dengan "wisdom teeth"

Studi ini melibatkan 220 anak yang melakukan pengobatan gigi di Tufts University School of Dental Medicine. Mereka berusia antara 2 hingga 6 tahun. Setelah tiga tahun atau lebih, mereka melakukan pemeriksaan dengan sinar X.

Para peneliti menemukan, mereka yang menerima bius saat pengobatan pada rahang bawah, empat kali lebih mungkin untuk mengalami pertumbuhan tunas wisdom teeth yang tertunda daripada pada mereka yang tidak menerima bius.

"Peristiwa hilangnya tunas wisdom teeth lebih tinggi secara signifikan pada mereka yang menerima bius," ujar penulis studi Anthony Silvestri, profesor klinis di departemen Prostodontik dan Bedah Mulut.

Normalnya, tunas wisdom teeth mulai dikembangkan pada empat pojok gusi pada usia 2-6 tahun, dan mulai tampak ke permukaan gusi di usia remaja atau awal usia dewasa.

Permasalahan yang sering timbul adalah wisdom teeth seringkali tidak tumbuh seperti yang seharusnya. Sebanyak 9 dari 10 orang mengalami permasalahan ini. Padahal, menurut American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons, pertumbuhan wisdom teeth yang tidak benar dapat menimbulkan rasa sakit dan infeksi. Maka banyak dokter gigi menyarankan untuk melakukan pencabutan wisdom teeth.

Silvestri mengatakan, temuan ini diharapkan untuk menjadi awalan dari penelitian yang lebih besar lagi untuk memberikan pengertian yang lebih baik lagi tentang wisdom teeth.

"Dokter gigi melakukan bius lokal pada anak selama hampir 100 tahun terakhir tanpa mengetahui hal tersebut mungkin dapat menghambat pertumbuhan wisdom teeth," simpulnya.

Meski demikian, studi yang dimuat dalam Journal of the American Dental Association ini belum mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com