Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Teknologi Bisnis Katering "Culture Royale"

Kompas.com - 17/04/2013, 19:58 WIB

KOMPAS.com - Bisnis katering ternyata juga menuntut inovasi teknologi yang tinggi. Sejak saat pemesanan, pengolahan bahan masakan, pengiriman, hingga saat penyajian di lokasi acara.

Itulah yang dilakukan Culture Royale Catering setelah empat tahun beroperasi sebagai premium caterer. Pengembangan teknologi mau tidak mau menjadi hal mutlak jika mau tetap dilirik oleh publik.

"Kami sadar betul, kebutuhan akan inovasi teknologi sangat dibutuhkan, khususnya untuk layanan dan faktor kualitas makanan yang kami sediakan," ujar Derrick Buntaran, Direktur PT Culture Royale Indonesia, di kantornya di Jalan Triloka VI No 1, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (17/4/2013).

Implementasi teknologi itu ia mulai dari saat proses pemesanan, seperti penggunaan sistem operasi Opera sebagai software untuk bagian layanan dan kontrol. Dengan menerapkan sistem ini, semua alur kerja bisa saling terkoneksi, tercatat dan terkontrol, sehingga tidak akan ada lagi pemesanan ganda misalnya.

"Musuh utama katering itu waktu, dan kami punya durasi penyajian yang mesti efisien, karena itu kami punya oven berukuran besar untuk menyiasatinya," tambah Derrick.

Untuk menjaga kualitas makanan tetap terjaga dan higienis, dapur yang bersih menjadi mutlak. Culture Royale memiliki dapur yang besar dengan pembagian fungsi masing-masing. Seperti drystore untuk bahan masakan kering, ruang pendingin dan freezer, serta dapur masakan yang terpisah.

"Investasi teknologi juga bisa membantu untuk kealamian bahan, atau mengeluarkan pestisida, misalnya," kata dia.

Saat masakan jadi, proses berikutnya adalah pengiriman. Untuk menjaga makanan tetap segar, ada teknologi food transporter atau tempat penyimpanan masakan sementara. Food transporter berbentuk boks dengan sekat bernama Cambro ini dipesan Derrick dari Amerika. Ada 150 unit food transporter yang dimiliki Culture Royale, dan disebut-sebut yang paling banyak di Indonesia.

Food transporter ini menjaga makanan dengan suhu tetap. Misalkan makanan yang hangat, dalam interval lima jam hanya akan turun lima derajat. Kalau makanan dingin, dalam interval lima jam naiknya cuma dua derajat.

Proses berikutnya yang menjadi perhatian adalah saat berada di lokasi acara. Karena food transporter hanya bisa menjaga makanan tetap segar, untuk menghangatkan ada hot box atau kotak penghangat.

Diakui Derrick, teknologi masih akan terus berkembang, dan itu menjanjikan. Karena dengan demikian upaya menjaga kualitas dan memenuhi keinginan publik bisa terwujudkan. Bagaimanapun masing-masing dari kita tak bisa menutup mata akan teknologi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com