Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/05/2013, 11:07 WIB

KOMPAS.com - Unik, segar, membangkitkan semangat. Itulah wangi rempah-rempah yang diramu menjadi satu. Campuran vanili, akar wangi, teh hijau, beras putih, jahe, dan kencur menciptakan bau khas yang kesegarannya melebihi aroma parfum.

Bukan hanya segar, rempah-rempah wangi ini juga memiliki khasiat bagi tubuh. Tidak heran, nenek moyang kita pada zaman dahulu memanfaatkan rempah-rempah herbal untuk obat-obatan dan terapi.

Hal inilah yang menginspirasi Made Yuliani (63) dan suaminya, Wayan Sukhana (65), pada 2000 membuat produk dari bahan rempah-rempah asli Indonesia dengan payung Bali Tangi, produsen produk spa.

Diberi nama Bali Tangi karena menggambarkan bahwa suami istri pemiliknya, meski saat itu sudah berusia 50-an tahun, tetap bisa bangkit berusaha (apalagi mereka adalah orang Bali yang harus kembali ke Bali karena perusahaan tempat bekerja di Jakarta bangkrut seusai kerusuhan 1998). Tangi pun dalam bahasa Bali berarti warna ungu—merek Bali Tangi dicirikan dengan warna ungu.

Awalnya, Yuliani hanya menjadikan bahan-bahan alam, seperti buah camplung, biji kenari, daun, batang, dan akar tanaman, untuk membuat hiasan berupa rakitan ukiran alam. Produk ini laris manis dibeli turis mancanegara.

Pada 2001, datang pemilik spa dan menanyakan kemungkinan Bali Tangi bisa membuat lulur, masker, dan massage oil (minyak urut). Tanpa banyak pikir, Yuliani menyanggupinya. Ini karena pada 1977, ibu tiga anak ini adalah bidan desa di Kalasan, Yogyakarta, yang terbiasa memberikan resep herbal kepada orang sekitar.

Yuliani kemudian meracik contoh pesanan. Dua kali pengajuan contoh produk ditolak. Pada pengajuan ketiga, produk lulur, masker, dan massage oil buatannya diterima. Sejak saat itu, Bali Tangi mulai membuat produk sejenis yang disukai pasar.

Saat ini, sudah ada 200-an produk herbal spa Bali Tangi dan sebagian besar sudah mengantongi izin. Produk Bali Tangi, seperti scrub, masker, massage oil, rempah mandi, kompres, essential oil, sabun, minuman herbal, dan beberapa produk lain.

Pasarnya adalah seluruh wilayah di Indonesia, Singapura, Dubai, Hongkong, dan Thailand. Bali Tangi memiliki pembeli tetap (semacam agen) di Singapura.

Produksi scrub dan masker Bali Tangi hingga mencapai 800 kilogram (kg) per bulan. Ini belum ditambah berbagai produk lain, seperti sabun dan minyak.

Kebutuhan bahan baku rempah-rempah mencapai ratusan kg hingga berton-ton per bulan. Kayu manis, misalnya, butuh 200 kg per bulan, kelabat butuh 50 kg per minggu, serta butuh berkarung-karung jahe setiap minggu.

”Selain berasal dari lahan sendiri, kami juga membeli dari sejumlah petani di pelosok negeri,” ujar Yuliani. Luas lahan rempah-rempah milik Yuliani saat ini hampir 1 hektar.

Yuliani menuturkan, produk-produknya asli dari bahan rempah. Untuk membuat sabun sirih, Yuliani memasak 1 keranjang (lebih kurang 3 kg) daun sirih ditambah 5 liter air. Dari ramuan ini akan didapat 1 liter air sabun.

Dari semula hanya dikerjakan sendiri dengan dibantu tiga karyawan pada 2000, kini Bali Tangi sudah memiliki 28 karyawan untuk bagian produksi serta 18 orang sebagai terapis spa. Per 2008, penjualan produk sudah mencapai Rp 850 juta per tahun. Itu belum ditambah dengan hasil dari rumah spa Bali Tangi.

Aromaterapi
Tidak berbeda dengan Bali Tangi, produsen spa dan aromaterapi asal Bali lain adalah Denara. Denara berasal dari kata Denpasar dan Negara, dua kota asal Made Diksa, pemilik Denara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com