Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/10/2013, 08:50 WIB


KOMPAS.com - Untuk membentuk generasi cerdas, banyak faktor yang harus diperhatikan, di antaranya status gizi dan kesehatan.  “Salah satu caranya dengan menerapkan gizi seimbang. GIzi merupakan salah satu faktor penting bersama stimulasi dalam menentukan tumbuh kembang anak,” jelas Prof.Ir.H.Hardinsyah, MS. Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (FEMA-IPB).

Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. “Gizi memperlancar metabolisme tubuh, meningkatkan tumbuh-kembang anak, meningkatkan imunitas, regenerasi sel otak, dan membantu anak untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari,” ulas Hardinsyah. Perlu diketahui, setiap anak mempunyai kebutuhan nutrien yang berbeda dan karaktersitik yang khas dalam mengonsumsi makanan.

Nah, dalam konsep gizi lengkap dan seimbang harus mengandung bahan-bahan makanan sebagai sumber tenaga yang berfungsi untuk beraktivitas. Misalnya, beras, roti, ketang, atau mie. kemudian, perlu juga mengandung bahan makanan sumber zat pembangun yang berfungsi untuk pembentukan, pertumbuhan dan  pemeliharanan sel tubuh. Misalnya, daging, ikan, telur (protein hewan), tempe, tahu (protein nabati).

Satu lagi yang tak kalah penting, gizi lengkap dan seimbang perlu mengandung bahan makanan sumber zat pengatur yang berfungsi untuk mengatur proses metabolisme. Misalnya, sayuran bayam, buncis,  wortel, tomat, lalu buah-buahan seperti pisang pepaya, jeruk, apel.

Tak ada satu pun bahan makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya yang optimal. Karena itulah, makanan yang dikonsumsi anak harus beragam dan bervariasi agar terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat gizi, selain juga menghindarkan anak dari kebosanan lantaran sajian menu yang sama setiap hari.

Dampak Psikologis dan Fisiologis

Perlu juga diketahui, ada dua dampak dari gizi yang memengaruhi tumbuh-kembang anak, yaitu:

1. Dampak psikologis mencakup tiga aspek, di antaranya:

- Psikodinamik (teori Freud)
Bahwa pada usia bayi, pemenuhan kebutuhan yang utama adalah kebutuhan dasar melalui oral. Nah, fase oral berhasil dilalui apabila anak mendapatkan kepuasan dalam pemenuhan oral saat makan. Adapun dampak psikodinamik yang diperoleh bayi  adalah berupa kepuasan.

- Psikososial (teori Erikson)
Dampak psikososial yang didapat adalah tercapainya rasa percaya dan tidak percaya. Dalam konteks ini, makanan dapat merupakan  stimulasi yang dapat meringankan rasa lapar anak. Adapun pemuasan yang konsisten terhadap rasa lapar dapat memengaruhi kepercayaan anak pada lingkungannya, terutama keluarga.

-Maturasi organik (teori Piaget)
Perkembangan organik yang dialami anak melalui makanan adalah pengalaman mendapatkan stimulasi sensoris, seperti rasa atau pengecapan, penciuman, pergerakan, dan perabaan.  Melalui aktivitas makan, anak sekaligus meningkatkan keterampilannya seperti memegang cangkir atau gelasnya, sendok serta keterampilan koordinasi gerak seperti menyuap dan menyendok makanan.

2. Dampak fisiologis

Asupan gizi yang tepat untuk anak, mulai dari usia bayi, batita, prasekolah, usia sekolah bahkan remaja akan sangat berdampak pada pertumbuhan fisik yaitu anak akan bertambah berat dan bertambah tinggi badannya.

Kemudian, ada tiga fungsi pemberian makan yang perlu diketahui, yaitu:

-Fungis fisiologis. Artinya memberikan nurisi sesuai kebutuhan agar tercapai tumbuh-kembang yang optimal.

-Fungsi psikologis,  yaitu penting dalam pengembangan hubungan emosional ibu dan bayi sejak awal.

-Fungsi sosial-edukasi. Yaitu melatih anak mengenal makanan serta keterampilan makan. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com