Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2013, 08:54 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com —
Datangnya musim hujan menyebabkan perubahan pada suhu lingkungan. Tidak hanya pada manusia, perubahan suhu juga berdampak pada kehidupan mikroba yang tersebar di lingkungan sekitar.

Pada beberapa jenis mikroba, perubahan ini menyediakan kemudahan untuk berkembang biak. Akibatnya, mikroba makin mudah menginfeksi tubuh dan menyebabkan sakit.

Menurut internis, dr Irsyal Rusad, Sp PD, MH, ada beberapa penyakit yang patut diwaspadai saat musim hujan. Kelima penyakit menyerang siapa saja tanpa memandang seseorang.

Faktor kebersihan menjadi jurus utama dalam pencegahan infeksi kuman penyebab kelima penyakit tersebut.

"Jangan lupa cuci tangan dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Makanan pastikan selalu diberi penutup sehingga aman dari serangan lalat," kata dokter pengasuh Rubrik Konsultasi Penyakit Dalam Kanal Kompas Health itu.

Selain itu, ia juga mengingatkan untuk selalu makan hidangan bergizi dan berolahraga. Pola hidup sehat akan memperkuat daya tahan sehingga menghalau berbagai serangan bakteri dan virus penyebab penyakit.

Berikut adalah lima penyakit yang perlu diwaspadai saat datangnya musim hujan.

1. Diare

Penyakit yang ditandai buang air besar cair berkali-kali ini disebabkan sekelompok bakteri. Beberapa bakteri yang menyebabkan bakteri antara lain Shigella dysentria, Salmonella Spp, Compylobacter jejui, Escherichia coli (E coli), dan Entamoeba histolytica. Bakteri ini menginfeksi saluran usus sehingga menyebabkan tinja cair dan berlendir. Bila mengalami diare, Anda disarankan segera ke dokter dan banyak mengonsumsi cairan.

2. Tifus

Tifus adalah penyakit yang ditandai demam hingga 39-40 derajat celsius. Penyakit ini disebabkan bakteri Salmonella typhi yang masuk ke saluran cerna melalui mulut, esofagus, lambung, usus kecil, dan usus besar.

Kuman menyebar melalui muntah dan kotoran penderita yang terbawa di kaki lalat, yang kemudian mengontaminasi makanan. Sebagian besar kuman sebetulnya mati saat memasuki saluran pencernaan karena terkena asam lambung. Namun, kuman yang masih hidup ternyata mampu menginfeksi usus halus dan menyebabkan demam tifus.

Penderita demam tifus sebaiknya segera menjalani pengobatan dan menjalani bed rest. Istirahat selama 7-14 hari membantu tubuh lekas pulih.

3. Leptospirosis

Penyakit ini disebabkan bakteri Leptospira sp yang menyebar lewat urine tikus. Penyakit ini menyebabkan kulit penderita kekuningan dan mukosa mengering. Pada beberapa kasus, penyakit ini disertai diare atau konstipasi.

Penyakit ini mencapai puncaknya saat musim hujan atau banjir tiba. Saat itu, Leptospira sp dalam urine tikus menyebar lewat air dan masuk ke tubuh melalui kulit atau selaput lendir. Selanjutnya terjadi perbanyakan sehingga bakteri bisa menyebar ke berbagai jaringan tubuh, terutama ginjal dan hati.

Untuk mendiagnosis leptospirosis, hal yang perlu diperhatikan adalah riwayat penyakit, gejala klinis, dan diagnosis penunjang. Diagnosis penunjang bisa dilakukan lewat urine dan darah. Bila positif leptospirosis, penderita bisa diobati dengan antibiotik.

4. Penyakit kulit

Hujan dan banjir rentan membawa beberapa bakteri yang menyerang kulit. Serangan bakteri menyebabkan rasa gatal di seluruh tubuh. Penyakit kulit juga bisa disebabkan jamur akibat suhu yang lembab. Untuk mengarasi serangan ini, penderita bisa menggunakan obat kulit hingga antibiotik.

5. Demam berdarah (DB)

Berbeda dengan penyakit di atas, demam berdarah disebabkan virus dengue yang terdiri atas empat strain. Untuk mengatasi serangan virus dengue, penderita DB harus meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi asupan bergizi. Virus dengue diketahui dibawa nyamuk Aedes aegypti yang berkembang biak di air jernih tergenang. Air jernih tergenang banyak ditemukan saat musim hujan tiba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com