KOMPAS.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaa, Muhadjir Effendy, menjelaskan bahwa wacana sekolah sehari penuh atau full day school tetap berjalan meski mendapatkan penolakan dari publik.
Muhadjir pun mengoreksi bahwa yang dia maksud sekolah sehari penuh itu bukan belajar formal non-stop, melainkan menghadirkan korikuler untuk anak-anak sekolah.
Salah satu negara yang juga menerapkan sistem pendidikan sekolah sehari penuh adalah Korea.
Namun, menurut laporan dari Economic Cooperation and Development (OECD), Anak Korea yang wajib belajar sehari penuh di sekolah, bukanlah pelajar cemerlang.
Selain itu, berdasarkan studi dari DeSales University, terlalu lama belajar di sekolah, mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) hingga larut malam, dan bangun pagi esok harinya, bisa berujung pada kondisi kelelahan berlebihan.
Anak pun jadi tak memiliki waktu untuk berolahraga atau bermain yang bermanfaat untuk menstimulasi syaraf motorik.
Keletihan berlebihan, tak hanya berakibat kurang baik pada anak-anak, tetapi juga pada guru dan pengajar, sehingga proses ajar mengajar tidak berjalan efektif.
Studi juga mengungkapkan bahwa terlalu letih belajar, baik di rumah dan di sekolah, bisa menjadikan anak hilang semangat dan tidak aktif bergerak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.