Sabtu kemarin, saya adalah satu dari emak-emak beranak yang memilih meninggalkan buah hati demi menonton pertunjukan konser Coldplay di Singapura.
Saya adalah satu dari rombongan ibu-ibu yang memilih menonton mas Chris Martin dan kawan-kawan beraksi di panggung ketimbang meninabobokan si kecil di tempat tidur.
Kok, tega sih? Apa enggak kasihan yah sama anak-anaknya?
Eits, tunggu dulu, sebelum menghakimi saya dan ibu-ibu yang lain yang pergi nonton, baiknya dengarkan argumentasi saya mengapa pergi menonton konser (baca: bersenang-senang) penting buat seorang perempuan yang mempunyai anak.
Ibu bahagia itu penting karena bagaimana bisa membahagiakan anak-anaknya, jika dirinya sendiri tidak bahagia.
Memang, kemudian ada yang bilang kalau ibu harus berkorban buat kebahagiaan anak. Asumsinya jika anak-anaknya bahagia, toh nanti ibunya juga akan bahagia.
Tapi bayangkan jika ibunya juga sudah bahagia, bukankah kebahagian yang dibagikan kepada anak-anaknya akan berlipat ganda?
Saya super girang karena bisa nonton konser Coldplay setelah puasa selama beberapa tahun. Seingat saya, saya terakhir nonton konser di tahun 2011. Saya nonton konser Ben Folds ketika dia singgah di Jakarta. Waktu itu saya sedang hamil 7 bulan. Ketika itu saya bebas dari dilema pergi konser atau menjaga anak karena saya masih bisa “membawa” anak tanpa harus bayar tiket.
Untuk konser Coldplay di Singapura, saya memutuskan tidak membawa anak-anak saya nonton konser karena dua alasan.
Pertama, masalah harga tiket tentunya. Menurut saya cukup sayang mengeluarkan duit yang cukup lumayan untuk sebuah pengalaman yang belum tentu dipahami oleh anak berusia 5 tahun dan 1 tahun.
Kedua adalah masalah waktu. Memaksa mereka ikut konser berarti merampok waktu istirahat mereka di malam hari, di saat mereka seharusnya bisa tidur dan beristirahat setelah bermain di siang hari. Tidak tega benar rasanya.
Kerepotan baru
Tapi, karena tidak sampai hati meninggalkan keduanya untuk pergi ke Singapura demi nonton konser, saya pun mengajak mereka berdua pergi terbang kesana.
Saya juga meminta bala bantuan ibu mertua saya untuk menjaga mereka sementara saya dan suami pergi nonton.
Saya memang beruntung sekali memiliki sistem infrastruktur sosial dalam membesarkan anak-anak saya, sebuah hak istimewa yang didapatkan oleh kebanyakan keluarga di Asia.