Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Glam Night", Kopi Darat Penggila Aliran Glam Rock

Kompas.com - 02/05/2017, 08:46 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

Eko (40) nampak santai memakai kacamata hitam di dalam ruangan gelap. Dia tak meghiraukan gaya yang dipakai dengan memadukan topi koboi hitam dan selendang krem bermotif loreng-loreng yang dililit di leher. Tampilan Eko terinspirasi dari aliran musik Glam Rock.

Malam itu, Sabtu (29/4/2017), Eko bersama-sama penggemar Glam Rock lainnya berkumpul di acara ‘Glam Night’ yang digagas Glam Rock Community Indonesia (GRCI). Kostum yang dipakai pun nampak ‘nyentrik’. Ada yang memakai wig rambut berwarna pink mencolok hingga celana panjang ketat khas Glam Rock.

“Dresscode kami mengacu pada musisi luar aliran Glam,” kata Eko kepada Kompas.com di RedTop Hotel, Pecenongan, Jakarta Pusat, Sabtu.

KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Seuz Eky, penggemar musik Glam Rock saat kopi darat Glam Rock Community Indonesia di RedTop Hotel, Pecenongan, Jakarta Pusat, Sabtu (29/4/2017)
Seperti salah satu penggemar lainnya, Seuz Eky, yang datang dengan kostum Glam Rock yang dipadukan dengan gaya Grunge. Ciri khas ini terlihat dari pakaian Eky yang serba hitam dan nampak glamour dengan pernak-pernik perak.

“Ini sudah perpaduan Glam dengan Grunge,” kata perempuan berusia 40 tahun ini.

Sama seperti Eky, Hadri Suryadi (41), bassis Rock Reunion juga datang dengan kostum khas Glam Rock, celana ketat dan baju tak beraturan. Wajah Hadri juga nampak dengan bedak tebal.

“Gaya Glam saya ini simpel dan gak terlalu mahal,” kata penggemar musik Skid Row dan FireHouse ini.

Glam Night tak hanya berisi tampilan kostum. Ada penampilan dari para penggemar dan musisi yang membawakan lagu bergenre Glam Rock seperti ‘It’ll be Alright’ dari Slaughter.

Kopi darat sejenis ini menurut Eko untuk membangkitkan semangat bermusik cum nostalgia. “Ada orang yang suka nonton dan bisa dinikmati,” kata dia seraya tertawa.

Kostum Glam Rock memang terbilang 'gila'. Para penganutnya tak malu memadukan warna hingga model. "Kostum mereka sangat menonjol, misalnya rambutnya, makanya orang menyebutnya sebagai hair band, karena rambutnya," kata Budi Putera, anggota GRCI kepada Kompas.com.

Penampilan yang terinspirasi dari aliran musik tahun 1970-an ini memang anti-mainstream, sebuah ciri pemberontakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com