Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/07/2017, 15:21 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

Sumber WebMD

KOMPAS.comPuasa Ramadhan adalah momen untuk mengontrol diri, termasuk dalam hal makanan.

Mereka yang menjalani puasa akan minum-makan saat sahur sebelum waktu subuh, dan baru melakukannya lagi setelah adzan maghrib.

Harapannya, berat badan menjadi teratur karena energi dari makanan yang terpakai oleh tubuh akan menjadi seefisien mungkin, seperti digambarkan peneliti nutrisi Anna Denny dalam "Is Fasting for Ramadan Healthy?" di The Guardian.

"Hal pertama yang terjadi saat puasa adalah terpakainya energi (glukosa) yang tersedia di tubuh. Jika itu berlangsung lama, maka energi yang tersimpan sebagai glikogen pun lalu akan terpakai," kata Anna Denny.   

Namun, ketika puasa usai dan masuk masa liburan, ada saja yang mengeluh saat melihat angka di timbangan. Bobot malah naik, padahal seharusnya puasa membuat tabungan energi berupa glukogen itu terpakai.

Kenapa bisa begitu?

Sinyal kenyang

Satu hal yang kerap luput seusai menjalani puasa sebulan penuh adalah alpa dalam mengontrol asupan makanan. Pasalnya, yang terjadi selepas Lebaran adalah "balas dendam".

Jumlah takaran makanan jadi sesukanya. Lalu libur panjang juga menjadi waktu untuk melepas penat, tetapi sekaligus rentan membuat kita berleha-leha dan menjauhi kegiatan fisik, contohnya berolahraga.

Ilustrasi. Ilustrasi.

Sejatinya, sebagai gambaran, makanan yang masuk ke dalam tubuh bisa dikontrol oleh rasa kenyang.

Dalam prosesnya secara normal, kita akan merasa kenyang saat sinyal itu muncul melalui hormon yang disebut leptin.

"Leptin akan mengatakan kepada otak bahwa energi kita sudah penuh (setelah kenyang)," kata Robert H Lustig, MD, profesor pediatri di University of California, San Francisco, sekaligus anggota dari Endocrine Society's Obesity Task Force.

Leptin adalah hormon yang, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dilepaskan oleh sel-sel lemak ke dalam aliran darah dan bertugas memengaruhi wilayah otak yang mengatur perilaku untuk makan secukupnya.

Sayangnya, menurut sejumlah temuan terakhir, seperti juga dituturkan Robert H Lustig dalam "The Facts on Leptin: FAQ" di webmd.com, ada istilah "leptin resistan", yakni ketika leptin tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga tidak memberikan sinyal kenyang.

Situasi semacam ini mungkin terjadi akibat aksi "balas dendam" tadi sehingga kita menerobos peringatan bahwa tubuh sudah kenyang karena terus ingin mendapatkan rasa enak dari makanan.

Halaman:
Sumber WebMD
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com