Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/07/2017, 08:40 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lebih dari sekadar media sosial untuk menampilkan foto atau video pribadi, Instagram kini berkembang menjadi sarana untuk mengembangkan bisnis.

Jangkar Bawono tampak antusias menjelaskan produk sepatu kulit miliknya dan kiat pemasaran yang dilakukannya. Pria asal Surabaya berusia 27 tahun itu adalah pemilik Port Blue, merk sepatu kulit lokal yang kini berkembang pesat.

Lewat akun @portblueshoes, Jangkar melirik peluang pemasaran bisnis lewat Instagram dan terbukti sukses. Berdiri pada 2015 lalu, Jangkar langsung menggunakan Instagram sebagai salah satu cara promosi usaha yang baru dirintisnya.

Instagram dipilih karena dianggap familiar bagi masyarakat dan juga digunakan oleh para pelaku bisnis serupa. Namun, baru pada pertengahan tahun 2016 Jangkar aktif belajar soal strategi pemasaran produk di Instagram.

“Saya enggak punya tim khusus atau kreatif, saya pakai sumber daya apa adanya,” kata Jangkar kepada Kompas Lifestyle dalam sebuah acara diskusi yang digagas Instagram diCiputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (26/7/2017).

Pelajaran pertama yang wajib diketahui adalah memosisikan diri sebagai konsumen. Pelajaran ini penting agar konten yang dihasilkan tidak terjebak pada penjualan semata. Jangkar mengatakan, konsumen akan merasa tak nyaman jika hanya melihat produk di lini masa.

Dia mulai berkreasi dengan konten menginspirasi. Misalnya saja cerita aktivitas mendesain hingga pembuatan sepatu.

“Kita kan manusia biasa, pasti ada aktivitas dong, nah itu yang kemudian jadi konsep kami,” ujarnya.

Setelah mendapatkan bekal fitur Instagram dan pemahaman konten, Jangkar merambah strategi pemasaran lebih luas. Dia mulai mencoba untuk beriklan. Strategi iklan ini dirancang dengan membaca hasil unggahan ke Instagram lewat fitur Insight.

Melalui fitur itu dapat diketahui berapa banyak follower yang melihat, foto yang disimpan dan data pendukung lainnya, sebelum mulai mengiklankan secara serius.

“Logikanya simpel, kalau follower banyak suka, orang lain secara umum akan mudah suka dengan foto kami. Selama ini semua bagus, feedback pun bagus,” kata dia.

Perlahan tapi pasti, usaha Jangkar mulai menunjukkan hasil—baik dari sisi pengikut di Instagram yang meningkat dan sisi penjualan.

Setahun setelah beriklan, dia mendapat 80.000 pengikut. Jumlah itu menurutnya cukup besar bagi usaha kecil seperti Port Blue.

Kenaikan jumlah follower ikut mendongkrak omzet penjualan. Sebelum beriklan di Instagram, omzet Port Blue sekitar Rp 35 - Rp 60 juta perbulan. Setahun kemudian melonjak hingga rata-rata Rp 500 juta per bulan.

Port Blue yang semula hanya memiliki karyawan dua orang, kini bisa mempekerjakan 30 orang. “Sampai sekarang terus naik, kami sama sekali tak pernah menurunkan budget (iklan) di Instagram,” kata Jangkar yang mengaku mengeluarkan Rp 70 per bulan untuk iklan di Instagram.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com