Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2017, 09:48 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

BANGKOK, KOMPAS.com - Rumah sakit Being Better Hospital (BBH) Bangkok, Thailand, menjadi rumah sakit pertama yang menerapkan kedokteran fungsional. Dalam pendekatan ini, dokter tidak hanya menghilangkan keluhan penyakit yang dirasakan pasien, tapi juga menemukan akar penyakitnya.

Dari luar, BBH yang berada di kawasan Sukhumvit, di jantung kota Bangkok, tampak seperti rumah biasa dengan halaman cukup luas dan pepohonan rindang. Kesan homey itu juga tampak dalam ruangan-ruangan di dalam rumah sakit yang banyak menangani penyakit kronik dan saraf ini.

Menurut Dr.Kusuma Kunovangkrit saat menerima kunjungan media di BBH pada Sabtu, (12/8/2017), perawatan pasien di rumah sakit ini memang berbeda dengan rumah sakit konvensional.

"Setiap pasien yang datang tidak langsung diobati, tetapi dicari tahu apa kebutuhannya. Latar belakang setiap pasien unik sehingga pengobatannya juga tidak bisa sama," kata dokter yang memiliki spesialisasi di bidang kedokteran rehabilitasi ini.

Untuk menemukan akar setiap penyakit, dokter akan melakukan serangkaian tes diagnostik yang canggih, mulai dari tes darah, urine, hingga tes DNA jika memang diperlukan.

Namun, selain itu dokter juga akan meluangkan waktu cukup lama untuk berkomunikasi dengan pasien demi menggali kondisi psikis pasien. "Setiap dokter harus menjadi psikolog bagi pasiennya," ujar Kusuma.

Beberapa pasien yang ditangani di BBH antara lain gangguan sistem saraf seperti stroke, cerebral palsy, multiple sklerosis; gangguan emosional dan perilaku seperti autisme dan gangguan belajar; cidera tulang belakang; penyakit kanker dan pencegahannya; alergi kronik, autoimun, hingga obesitas dan keluhan nyeri akibat fibromyalgia.

Menurut Kusuma, rumah sakit BBH ini memang sengaja dibuat tidak terlalu besar, hanya memiliki 11 kamar inap, untuk membangun lingkungan yang kental suasana kekeluargaan.

Fasilitas kolam renang untuk fisioterapi di Being Better Hospital, Bangkok, Thailand.Kompas.com/Lusia Kus Anna Fasilitas kolam renang untuk fisioterapi di Being Better Hospital, Bangkok, Thailand.
"Kamar inap hanya untuk yang benar-benar perlu menginap. Namun, kebanyakan pasien internasional menginap di hotel agar tidak terlalu merasa stres harus tinggal di rumah sakit," katanya.

Setiap dokter dan perawat pun mengenal dengan baik pasien-pasiennya.

Walau rumah sakit ini tidak besar, namun memiliki laboratorium yang lengkap dan canggih. Fasilitas rehabilitas medik dan fisioterapi dengan alat-alat penunjang yang modern, misalnya saja beberapa mesin hiperbarik dan ozon.

Menurut penjelasan Dr.Worawit Kitisakronnakorn, direktur BBH, para dokter di bidang kedokteran fungsional fokus untuk mengetahui penyebab atau akar dari sebuah penyakit yang kompleks seperti penyakit kronik atau autoimun.

"Faktor lingkungan, gaya hidup, polusi, dan banyak faktor lain merupakan penyebab ketidakseimbangan fungsi tubuh sehingga timbul penyakit kronik," katanya.

Strategi yang dipakai untuk mengatasi akar penyakit itu adalah perbaikan nutrisi, perubahan pola makan, detoksifikasi, hingga olahraga, untuk mengobati dan mencegah perburukan penyakit.

Pendekatan yang dilakukan pada setiap pasien personal sehingga lebih tepat sasaran.

Selain pasien dari Thailand, BBH banyak menerima pasien internasional, baik dari Asia, Eropa, atau Timur Tengah. Kebanyakan pasien itu sudah mencoba pengobatan medis modern namun tidak mengalami kesembuhan yang diharapkan.

Meski demikian, menurut Kusuma, BBH hanya menerima pasien yang memang sudah memiliki gangguan penyakit. "Kami tidak menjual paket berobat, tapi mencari penyebab penyakit," ujarnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com