Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Tingkat Kepercayaan: Edukasi, Inspirasi atau Sensasi?

Kompas.com - 26/08/2017, 08:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBestari Kumala Dewi

 

Di tanah air kita, orang lebih tidak takut makan mi instan dan bakwan goreng, ketimbang pepes cumi atau udang.

Sehingga cumi, udang, teripang serta ikan yang terbaik melayang ke negri orang. Nelayan kita bangga berduit banyak, bisa beli jajanan anak di mini market dan mobil baru untuk dipamerkan ke jejaring medsos.

Seandainya makan ikan pun, tetap digoreng – karena tayangan televisi pada selebrita mengajarkannya begitu, – resep-resep masakan pun tidak lepas dari promosi bumbu masak dan minyak goreng.

Bisa dibayangkan betapa payahnya edukasi mencegah penyakit, dibanding program-program televisi atau layar ponsel yang menayangkan kisah inspirasi dan sensasi tanpa esensi sama sekali.

Alhasil, bagaikan benang kusut, angka kesakitan dan kematian tak kunjung turun bermakna, ditambah semakin kumuhnya layanan kuratif yang tak lagi kuat menampung lonjakan pasien.

Pemerintah kian dituduh tidak becus – padahal saat rakyatnya diminta lakukan deteksi dini penyakit dan vaksinasi malah yang digubris bujukan sabotase aliran sesat yang minim kebenaran.

[Baca juga: Kesehatan Salah Kaprah, Adakah Rasa Bersalah?]

Mungkin publik kita sudah terlalu lama mengalami fase pembiaran. Sehingga terbiasa mencari sendiri. Mengais-ngais sejumput ilmu, dan ‘apa kata orang’.

Kita masih jauh dari jumlah penelitian ilmiah yang bermutu tinggi, yang berkaitan dengan kekayaan negri – bukan berkepentingan industri.

Jadi, bagaimana mau berdiri di atas visi, jika kita masih mengintip penelitian negri asing? Pun, di negri orang sayur tidak dimakan sebagai lodeh atau kamuflase ‘lontong sayur’.

Pekerjaan rumah masih banyak. Tapi selama semua kepentingan punya tujuan yang sama, maka kita masih bisa berharap mempunyai tolok ukur yang sama.

Tingkat kepercayaan terhadap pemerintah terdongkrak jika publik bisa merasakan perbedaan kualitas hidup bukan cuma besarnya jumlah rupiah masuk kantong seperti anggapan banyak politisi.

Sehingga upaya preventif dan promotif bukan lagi sekadar teori, dan rakyat juga tidak lagi perlu mendengarkan ocehan omong kosong yang menyita panggung eksistensi tanpa esensi edukasi.

[Baca juga: Setia pada Tujuan, Selamat di Perjalanan]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com