Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bernilai Seni, Batik Tulis Sebaiknya Tak Dipotong

Kompas.com - 02/10/2017, 07:41 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Sebagai warisan budaya dunia yang ditetapkan UNESCO pada 2 Oktober 2009, batik merupakan hasil kebudayaan Indonesia yang saraf nilai.

Untuk membuat selembar batik tulis dibutuhkan waktu pengerjaan yang tidak sebentar, minimal dua bulan, bahkan ada yang sampai setahun.

Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian untuk memberi detail dari titik hingga garis halus pada motif batik yang rumit.

Itu sebabnya, menurut pendiri label busana siap pakai TIKPrive, Iwet Ramadhan, batik tulis adalah sebuah mahakarya seni sehingga seharusnya tidak dipotong dan dijahit menjadi baju.

"Seharusnya kain batik dipakai apa adanya, terutama batik tulis halus, bukan dipotong dan dijadikan baju," ujar Iwet.

Ia mengatakan salah kaprah penggunaan batik disebabkan karena proses modernisasi. "Ada batik printing, ada yang pakainya tak sesuai pakem. Akhirnya batik tulis lama-lama terkikis," kata dia.

Selain digunakan menjadi kain atau sarung, menurut dia batik juga bisa dikreasikan menjadi celana, dress, atau drappery, tanpa harus dipotong. "Dipadankan dengan T-shirt pun masih oke," ujarnya.

Iwet mengatakan, meski batik sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia, tetapi batik tulis sebenarnya kurang diminati karena harganya relatif mahal.

 "Aku tidak bisa nyalahin masyarakat karena kebutuhan primernya masih seputar pangan dan papan. Enggak masuk akal kalau harus beli pakaian yang mahal sekali," papar penulis buku Cerita Batik ini.

Demikian juga halnya dengan anak-anak muda yang menurutnya kurang tertarik dengan batik tulis.

"Apresiasi mereka terhadap karya seni belum tinggi. Coba saja lihat di event pameran seni, yang datang dan yang beli pasti kelas atas. Kelas menengahnya hanya datang untuk foto-foto," katanya.

Untuk memberdayakan seniman batik, Iwet berharap pemerintah menggalakkan penggunaan batik cap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com