Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitkah Jadi ‘Bos’ yang Tidak Dibenci Karyawan?

Kompas.com - 03/10/2017, 16:39 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

Sumber nypost.com

KOMPAS.com - Menjadi atasan dari tim yang hasil kerjanya tidak memuaskan, bahkan cenderung malas memang bisa membuat stres.

Mengeluarkan kekesalan dengan bersifat kasar mungkin dapat memudahkan pekerjaan, tapi hanya sementara. Ternyata perilaku merendahkan dan menurunkan moral akan berdampak pada kesehatan mental—tepat sepekan setelah perilaku tersebut.

Perilaku menjengkelkan mungkin juga bisa ‘menghemat’ energi seorang atasan karena emosinya disalurkan lewat sikap kasar serta memberikan pemulihan, menurut penelitian Michigan State University pada pekerja Amerika Serikat dan China. Tapi sepekan dari peristiwa tersebut, bawahan biasanya akan menunjukkan kuranganya kepercayaan, dukungan serta produktivitas.

“Pelajaran moralnya adalah meskipun perilaku kasar dapat bermanfaat bahkan pemulihan mental atasan dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang akan kembali menghantui mereka,” kata co-author studi dan pakar psikologi kerja Russel Johnson.

Jadi, bagaimana agar menjadi atasan yang tidak dibenci oleh bawahan?

- Pahami mengapa penting untuk tidak menjengkelkan

Berperilaku kasar terhadap bawahan dalam situasi penuh tekanan mungkin dianggap melegakan dan atasan percaya bahwa kemarahan mereka memiliki tujuan karena frustasi dengan kinerja bawahan yang buruk, menurut Dorie Clark, kata soerang profesor di Duke University’s Fuqua School of Business.

“Atasan membenarkan perilaku kasar mereka dengan mengatakan bahwa perilaku tersebut terjadi otomatis,” kata Clark kepada Moneyish.

“Tapi sebenarnya, siapapun, apakah membesarkan anak atau atasan bertanggungjawab terhadap bawahan— umumnya akan merasa lebih baik, ketika mereka dalam lingkungan yang mendukung dibanding lingkungan kritis.”

- Ubah perilaku

Mengeluarkan amarah mungkin membantu melepaskan stres dan tekanan darah, kata Clark, “jadi Anda harus mencari sebuah cara berbeda untuk melakukan itu.”

“JIka sedang merasa di puncak amarah, jangan pergi ke ruang bawahan dan menumpahkan kekesalan kepada mereka. Misalnya coba tenangkan diri dengan pergi ke gym sehingga ketika kembali ke kantor akan terasa lebih tenang dan berpikir secara rasional.

- Respon, jangan bereaksi

Jauhi situasi penuh tekanan, tarik nafas dalam-dalam, coba untuk mengubah pola pikir, kepemimpinan dan strategi bisnis, kata Christina Holloway. Tanyakan pada diri sendiri apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana bisa merespons dengan tepat. Sikap itu juga menghindari agar tidak langsung bersikap kasar.

- Beritahu karyawan apa yang diinginkan, bukan yang tidak diinginkan

Halaman:
Sumber nypost.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com