KOMPAS.com - Sebetulnya semua orang pernah menempatkan dirinya sebagai korban. Coba ingat ketika kita masih kecil, berapa kali kita menyalahkan adik atau kakak ketika terjadi pertengkaran ketika bermain?
Atau mungkin ketika sudah dewasa, berapa kali kita melimpahkan kesalahan pada teman atau rekan kerja kita, ketika terjadi masalah di kantor.
Persoalannya playing the victim hanya akan membuat situasi menjadi lebih buruk. Apalagi jika perilaku ini jadi kebiasaan, duh bahaya!
Apakah Anda memiliki kenalan atau mungkin diri Anda sendiri yang sering melakukan hal ini?
1. Tidak mau bertanggung jawab
Ya, seperti ciri klasik para korban pada umumnya, menganggap bahwa dirinya tidak perlu berkontribusi ketika masalah terjadi. Sebaliknya, ia akan menunjuk orang lain untuk bertanggung jawab.
2. Hidupnya sangat kaku
Karena ia percaya bahwa dia hidupnya dapat berubah melalui kemurahan orang lain. Karena itu dia terus menunggu, tanpa mau berusaha.
3. Mereka menyimpan dendam dan kebencian
Orang yang suka victim playing merasa dendam dan kebencian layaknya senjata utama jika suatu kali ada orang yang mengkonfrontasinya. Ia akan mengungkit kesalahan orang lain, ketika orang lain menilai dirinya.
4. Merasa sulit dalam komunikasi asertif, akibatnya selalu menjadi agresif
Mereka tidak percaya bahwa dirinya dapat mengendalikan hidupnya, sehingga ia selalu merasa sulit memahami kebutuhan, hasrat, dan keinginannya sendiri. Ia cenderung berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
5. Sering merasa tidak memiliki kuasa untuk melakukan apa-apa
Sebenarnya ia bisa, namun ia memilih untuk menyerah saja.
6. Tidak mempercayai siapapun juga, bahkan dirinya sendiri
Ia membuat asumsi bahwa tidak ada seorang pun yang layak dipercaya di muka bumi ini.