Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kandidat yang Tepat untuk Mendapat ASI dari Donor

Kompas.com - 16/10/2017, 14:37 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Pemberian ASI dari donor memang dapat mendukung pemberian ASI eksklusif untuk bayi yang tidak dapat mendapatkan ASI dari ibunya. Walau begitu, tidak semua bayi merupakan kandidat tepat sebagai penerima ASI.

Informasi mengenai pencarian donor ASI melalui media sosial sudah sering kita dapatkan. Biasanya bayi yang ibunya meninggal dunia, sakit, atau ASI-nya belum keluar, merupakan kandidat yang sering mencari donor ASI. Dalam waktu singkat, biasanya pendonor akan merespon permintaan tersebut.

Kemudahan mencari dan memberikan ASI dari donor, dinilai Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia dr.Elizabeth Yohmi, Sp.A, memiliki sisi positif dan negatif.

Sebagai makanan bayi, ASI memang yang mudah diterima oleh pencernaan bayi. Manfaat ASI dalam tumbuh kembang bayi juga tak terbantahkan.

"ASI dari donor memiliki manfaat pengobatan untuk penyakit infeksi pada bayi, bayi yang lahir prematur, penyembuhan setelah operasi usus, pada bayi dengan kelainan metabolisme, atau bayi dengan alerti protein susu sapi berat," kata dokter yang biasa disapa Yohmi ini.

Walau demikian, Yohmi mengingatkan bahwa ASI adalah produk darah yang juga bisa mentransfer berbagai penyakit.

Kasus yang paling sering ditemui adalah penularan virus CMV, hepatitis B dan C, dan  HTLV (virus pemicu leukemia dan limfoma),” jelas dokter dari RS.Carolus Jakarta ini.

Untuk itu, idealnya ASI dari donor harus melalui proses screening untuk mengetahui apakah ibu yang mendonorkan ASI-nya memiliki penyakit menular atau tidak.

Badan Pencegahan dan Penularan Penyakit Amerika Serikat (CDC) tidak merekmondasikan ASI donor tanpa didahului screening.

Hasil penelitian tahun 2010 pada 1091 donor ASI ditemukan sekitar 3,3% hasil skrining serologi menemukan kandungan virus sifilis, hepatitis B, hepatitis C,HTLV dan HIV. Dan penelitian penelitian lain, hasil skrining pada 810 ASI yang belum dipasteurisasi, ditemukan pertumbuhan berbagai bakteri.

“Jadi tidak semudah itu memberikan donor ASI. Belum lagi bicara penyimpanan dan idealnya  pengiriman harus diperlakukan seperti darah. Yaitu disimpan dalam kotak pendingin khusus dan petugas pengelolaaannya menggunakan alat pelindung diri,” ujarnya.

Ia menambahkan, kemudahan mendapat donor ASI juga sering membuat seorang ibu menjadi malas berusaha memberikan ASI dan mengandalkan donor.

"Seharusnya saat masa kehamilan ibu mempersiapkan diri mengikuti kelas laktasi setidaknya dua kali. Sehingga ibu siap menghadapi berbagai kondisi yang bisa terjadi saat memberikan ASI," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com