Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya Satu dari Empat Milenial yang Terlibat dengan Perusahaan

Kompas.com - 17/10/2017, 18:45 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Persoalan generasi milenial di dunia kerja tidak habis-habis dibahas. Ada ragam anggapan soal etos kerja generasi yang lahir di tahun 1986-2000 ini yang dirasa tidak sesuai dengan generasi sebelumnya.

Riset Dale Carnegie tahun 2016 mendapati hanya satu dari empat (25 persen) milenial yang terlibat penuh dalam perusahaan. Terlibat penuh dapat diartikan sebagai bertahan dalam perusahaan dalam jangka waktu lama, ikut berkontribusi dan berkomitmen untuk lebih produktif dalam pekerjaannya, serta menjaga kualitas kerja.

Dalam survei terhadap 600 generasi milenial yang bekerja di ragam profesi dan berkantor di Jakarta, Surabaya, Bandung, Balikpapan, Makassar dan Medan itu juga ditemukan bahwa kebanyakan milenial menolak terlibat lebih jauh dalam urusan perusahaan.

Menurut National Marketing Director Dale Carnegie Indonesia Joshua Siregar, sebanyak 66 persen milenial menyatakan hanya terlibat sebagian, dan sembilan persen menolak terlibat.

Mereka yang hanya mau terlibat sebagian ini memiliki karakteristik khusus, misalnya hanya berkonsentrasi pada tugas, bukan hasil. Mereka juga lebih suka disuruh, serta berorientasi pada pola kerja harian  bukan rencana-rencana jangka panjang.

Sedangkan mereka yang enggan terlibat pada perusahaan biasanya memang merasa tidak betah di perusahaan itu, lalu meracuni teman soal perusahaan dan membuat kacau.

Joshua mengatakan karakteristik ini muncul karena beberapa hal, antara lain karena generasi milenial tengah berada pada fase menikmati kebebasan, memilih arah hidup, mencari pengalaman, pekerjaan, hingga pertemanan.

“Poin ini yang membedakan mereka, membedakan dari generasi X yang saat ini mencari kemapanan,” kata Joshua di The Akmani Hotel, Jakarta, Selasa (17/10/2017).

Joshua mengakui situasi ini juga pernah dialami oleh generasi X di masa lalu ketika masih masuk dalam kategori usia generasi milenial saat ini. Namun persoalan saat ini berbeda karena ada faktor lain yakni periode masa hidup.

Menurut Joshua, generasi milenial Indonesia lahir di periode di mana ada peristiwa kerusuhan, bom, hingga bencana alam. Oleh karena itu, mereka tidak hanya galau menentukan arah hidup, namun juga rasa aman. Mereka tumbuh dalam situasi yang mengharuskan pertimbangan lebih luas terhadap berbagai hal.

“Jadi pada mereka timbul pola pikir berbeda, termasuk soal hubungan sosial masyarakat, ‘kalau saya tidak berbuat sesuatu dengan masyarakat, saya akan tetap seperti ini’,” katanya.

Dari sisi teknologi, generasi milenial jauh lebih berkembang. Terbukti mereka familiar dengan gadget hingga perkembangan teknologi lain. Dengan demikian, meskipun siklus hidup sama, terdapat perbedaan pada efek periode masa hidup.

“Bagi milenial, dunia bisnis dan peluang kerja bukan hanya di Indonesia. Ada pemikiran ‘saya enggak harus kerja di perusahaan’. Mereka punya pilihan lebih banyak," ujar Joshua.

Ini berarti perusahaan-perusahaan bisa jadi akan lebih sulit mencari pegawai baru karena generasi milenial ini termasuk yang lebih terbuka pada peluang di tempat-tempat lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com