Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/10/2017, 13:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit kerusakan otak atau cerebral palsy diderita seorang anak sejak ia lahir. Akibatnya, anak akan mengalami gangguan kecerdasan, sensori, bahkan motoriknya.

Tak ada statistik resmi berapa besar penderita lumpuh otak atau cerebral palsy di Indonesia. Namun, gangguan ini disebut mungkin terus meningkat, berdasarkan anak yang datang ke Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC).

Menurut dr Yanti Sampurno, pengurus medis YPAC Jakarta, cerebral palsy merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak sejak lahir dan disebabkan karena kurang mendapatkan pasokan oksigen.

Kelumpuhan sel otak itu bersifat menetap, sehingga sebagian besar yang terganggu adalah fungsi motorik—namun juga ada gangguan intelegensi, sensori, visual serta emosi.

Penyakit lumpuh otak itu menyebabkan sebagian penderita tidak memiliki fungsi menelan dengan baik hingga tidak memiliki refleks otot sama sekali.

Yanti mengatakan kurangnya pasokan oksigen ke otak yang menyebabkan cerebral palsy hanya terjadi pada periode tertentu, yakni kehamilan, menjelang akhir persalinan, proses persalinan dan tak lama setelah proses persalinan.

Pada proses persalinan, kata Yanti, bayi bisa kekurangan oksigen bila proses persalinan cukup lama.

"Kita kan tidak semua di kota besar, tidak semua pengobatan dan persalinan baik, mungkin anak tadi lama proses persalinannya, tidak nafas cukup lama," kata Yanti saat ditemui di kantor YPAC Jakarta, Jumat (20/10/2017).

Kekurangan oksigen pada janin dalam kandungan, bisanya diakibatkan oleh infeksi. Kondisi ini biasa terjadi pada persalinan yang tidak higienis, di mana infeksi tersebut menjadi radang otak. Kelahiran prematur pun juga memiliki peran terjadinya cerebral palsy.

"Juga bisa karena tersedak karena orangtua kurang berhati-hati berikan minum atau susu, jalan nafas terblok cukup lama sebelum refleks batuk timbul. Tapi, itu bisanya hanya terjadi dekat-dekat setelah persalinan," katanya.

Cerebral palsy memang memiliki tanda-tanda awal, tetapi menurut Yanti biasanya hanya dokter yang bisa mengetahuinya.

Dokter anak biasanya memerhatikan refleks patologis yang tidak dialami bayi. Kemudian refleks menggenggam, di mana bayi biasanya menggenggam dengan keras ketika ada sesuatu yang menyentuh telapak bayi.

Karena cerebral palsy bersifat menetap, sehingga yang diusahakan dalam terapi pengobatan adalah merangsang sebanyak mungkin sambungan-sambungan pada sel otak. Terapi-terapi motorik yang diberikan juga bertujuan mengaktifkan sel-sel otak yang masih sehat.

Yanti menambahkan, walau tidak bisa memiliki kemampuan seperti anak yang sehat, tetapi rutin melakukan terapi bisa membantu kemandirian anak.

"Misalnya pada anak penderita cerebral palsy yang akhirnya anak ini bisa lepas dari kursi roda, bisa jalan dengan digandeng ibunya. Itu sebuah pencapaian yang banyak sekali," katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com