BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Rexona

Hotel di Indonesia Belum Ramah Difabel

Kompas.com - 06/12/2017, 09:09 WIB
Aningtias Jatmika

Penulis

 KOMPAS.com - Dengan bergerak dan banyak beraktivitas, kita akan merasa lebih hidup. Hal ini terutama paling dirasakan oleh penyandang disabilitas. Mereka juga memiliki hak yang sama untuk bisa beraktivitas, bekerja, mengenyam pendidikan, bahkan berwisata seperti orang kebanyakan.

Sayangnya, tidak semua fasilitas tersebut, termasuk fasilitas wisata, ramah bagi kaum difabel. Dalam sebuah survei yang dilakukan pada 2015 lalu, situs pemesanan hotel Agoda.com hanya menemukan 11 persen hotel di Indonesia yang memiliki fasilitas untuk warga berkebutuhan khusus.

Angka ini masih sangat kecil mengingat jumlah penyandang disabilitas mencapai sekitar 30 juta jiwa dari populasi penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 260 juta jiwa. Dengan kata lain, sekitar 1 dari 8 orang Indonesia adalah penyandang disabilitas.

Banyak faktor yang memengaruhi apakah hotel akan memiliki fasilitas yang mudah diakses. Misalnya saja, hukum dan peraturan daerah setempat, jenis wisatawan yang akan datang ke destinasi tersebut, serta usia dari akomodasi tersebut.

Sebagai contoh, sebanyak 55 persen hotel di Uni Emirat Arab ramah bagi kaum disabilitas, di bawah Amerika Serikat yang sebesar 77 persen.

Di negara tersebut, pembangunan besar-besaran telah berlangsung lebih dari satu dekade. Oleh sebab itu, tak heran jika bangunan ramah kaum disabilitas telah menjadi fokus dalam tiap pembangunan gedung atau hotel baru.

Sementara itu, sebanyak 90 persen hotel di Abu Dhabi sendiri telah memiliki fasilitas untuk penyandang disabilitas.

Selain fakta tersebut, Agoda juga menemukan bahwa destinasi-destinasi ziarah juga cenderung memiliki tingkat aksesibilitas lebih tinggi.

Di Fatima, tempat tujuan wisata religi umat Katolik di kota Portugal, Spanyol, lebih dari 70 persen hotel menyatakan bahwa mereka memiliki fasilitas untuk para tamu dengan kebutuhan khusus. Begitu juga di kota Lourdes, Perancis.

Namun, ketika bicara wilayah Asia, sangat disayangkan bahwa tidak ada satu pun negara di benua ini yang berhasil masuk peringkat 10 besar.

Singapura merupakan yang tertinggi di antara negara Asia lainnya, yaitu di peringkat ke-18. Sebanyak 40 persen dari hotel mereka di Agoda.com memiliki fasilitas untuk kaum disabilitas.

Bahkan, lima negara dengan persentase 10 terbawah berasal dari benua Asia, yakni Vietnam (9 persen), Nepal (8 persen), Thailand (8 persen), Kamboja (8 persen), dan Laos (1 persen).

Berkontribusi nyata

Di Indonesia, penyandang disabilitas sesungguhnya mendapatkan perlindungan hukum melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Dalam Bab III Pasal 5 poin 1 (k) disebutkan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak dalam bidang pariwisata.

Hal ini senada dengan Peraturan Daerah Pemprov DKI Jakarta tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas Nomor 10 Tahun 2011. Peraturan itu mengatur, antara lain, aksesibilitas kaum difabel terhadap fasilitas umum, seperti halte, taman, dan stasiun.

Sejumlah langkah nyata memang sudah terlihat. Sebut saja pemasangan guiding block yellow line pada trotoar di Ibu Kota.

Yellow line merupakan sebuah jalur berwarna kuning yang dibuat dengan paving block bertekstur tertentu guna memudahkan kaum difabel melintasi jalur pedestrian, khususnya bagi warga tunanetra.

Tak hanya itu, pada Sabtu (12/8/2017) lalu, Gubernur DKI Jakarta pada masa itu, Djarot Saiful Hidayat, juga telah meresmikan sebuah toilet yang ramah bagi kaum disabilitas di kawasan wisata Monumen Nasional (Monas).

"Ini prototipe dari toilet yang akan dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta. Kami harus punya prototipe dengan standardisasi dan kami ingin sebetulnya membangun toilet semacam ini, yang kayak di mal, untuk ditempatkan di taman-taman kota," ujar Djarot, seperti dikutip Kompas.com, Minggu (13/8/2017).

Baca: Menengok Toilet Ramah Disabilitas di Monas...

Kerja keras pemerintah tentu tak akan berjalan sempurna tanpa dukungan penuh dari seluruh warganya.

Pendiri Rumah Internet Atmanto (Riat), Amy Atmanto, menuturkan bahwa keikutsertaan masyarakat adalah hal yang penting. Pasalnya, gerakan masyarakat dianggap mampu merekam kebutuhan para penyandang disabilitas secara praktis pada tingkatan akar rumput.

Menghormati keberadaan dan hak penyandang disabilitas merupakan hal sederhana yang bisa dan harus terus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Tak hanya itu, di zaman now yang makin melek teknologi ini, berkontribusi nyata dalam membantu kaum difabel semudah menjentikkan jari, seperti yang dilakukan oleh beberapa public figure melalui sosial media mereka.

Instagram Vicky Nitinegoro tentang Hari Disabilitas Internasional Dimas Instagram Vicky Nitinegoro tentang Hari Disabilitas Internasional

Memperingati Hari Penyandang Disabilitas pada 3 Desember, sebuah aplikasi bernama Movement melalui www.movementformovement.id akan segera hadir untuk mengakomodasi hal tersebut.

Baca: Akses Aman Penyandang Disabilitas Dimulai dari Bantuan Anda!

Aplikasi ini memungkinkan masyarakat untuk memberikan informasi lengkap mengenai akses di setiap fasilitas publik, termasuk tempat wisata, yang ramah disabilitas.

Nantinya, Anda dapat sign up terlebih dahulu untuk membantu info mengenai area mana yang belum ramah penyandang disabilitas. Dengan begitu, saat aplikasinya tersedia pada bulan Januari 2018, Anda sudah dapat menggunakannya.

Caranya cukup mudah, Anda hanya perlu membuka aplikasi Google Maps di ponsel cerdas Anda. Kemudian, ketuk ikon garis tiga di pojok kiri atas. Lantas pilihlah menu “Kontribusi Anda” lalu “Lengkapi Info Tempat”.

Pada kolom “Aksesibilitas”, pengguna Google Maps bisa menginformasikan fasilitas bagi kaum disabilitas di suatu tempat. Misalnya, informasi mengenai ketersediaan tempat parkir, toilet, kursi, pintu masuk, atau elevator khusus untuk pengguna kursi roda.

Kalaupun di tempat tersebut belum tersedia fasilitas yang ramah bagi penyandang disabilitas, masyarakat bisa menandai tempat itu dan menginformasikannya kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti dengan segera.

Jika semua informasi mengenai aksesibilitas di tempat umum ini mudah didapat dan pemerintah juga bertindak cepat untuk memenuhinya, tentu kaum disabilitas akan semakin mudah untuk terus bergerak dan menikmati indahnya hidup dengan berwisata dan menjelajahi setiap tempat di dunia.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com