Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan Persepsi Pria dan Wanita pada Pemakaian Make Up

Kompas.com, 15 Desember 2017, 09:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Mengaplikasikan foundation ke wajah, memakai bedak, atau memulaskan lipstik adalah ritual menyenangkan bagi sebagian besar wanita. Bukan hanya membuat penampilan lebih menarik, berdandan juga bisa membuat wanita merasa nyaman dengan dirinya.

Kosmetik harus diakui memang memiliki banyak pengaruh, salah satunya dapat mengubah persepsi orang lain terhadap kepribadian kita. Penilaian itu memiliki makna berbeda-beda, tergantung pada jenis kelamin orang yang melihatnya.

Riset baru yang dipublikasikan di the jurnal Perception menemukan bahwa kaum pria memandang wanita yang memakai makeup lebih memiliki berkelas.

Sementara itu, wanita memandang wanita lain yang berdandan lebih dominan dan juga lebih berkarakter.

Penilaian tersebut didasarkan pada penelitian dari University of Stirling di Skotlandia yang dipimpin oleh Viktoria R. Mileva.

Tim peneliti melakukan dua percobaan di mana mereka mengaplikasikan sejumlah kosmetik standar ke wajah wanita dengan menggunakan software komputer.

Mereka kemudian meminta beberapa peserta pria dan wanita untuk menilai wajah wanita tersebut untuk mengetahui tingkat daya tarik, prestise, dan dominasi.

Mayoritas peserta pria dan wanita sepakat bahwa make up yang dipakai seorang wanita menjadi daya tarik estetik yang menonjol. Namun, antara pria dan wanita memiliki pendapat berbeda perihal level dominasi pada wanita yang berdandan.

Hanya peserta wanita yang menilai pengguna kosmetik memiliki level dominasi yang lebih tinggi. Sementara itu, pria menilai wajah dengan make up dianggap lebih berkelas atau prestise.

Para peneliti melakukan percobaan kedua untuk menyelidiki mengapa wanita menilai level dominasi lebih tinggi pada wanita yang menggunakan makeup. Apakah hal tersebut disebabkan oleh kecemburuan?

Ternyata memang benar, seorang wanita merasa cemburu terhadap wanita yang berdandan. Ini karena wanita yang tampil rapi dan merias dirinya dianggap lebih menarik bagi pria dan lebih berkarakter.

Kecantikan mungkin ada di mata yang melihatnya. Namun, menurut temuan dalam penilitian ini, persepsi orang lain juga menentukan apakah seorang wanita termasuk cantik atau tidak. Meskipun asumsi tersebut belum tentu akurat.

"Hasil penelitian ini sangat sesuai dengan dunia kerja. Dalam wawancara kerja, penggunaan make up juga bisa digunakan sebagai taktik untuk menghadapi persaingan kerja," katanya.

Pewawancara wanita yang mewawancarai calon karyawan wanita mungkin tidak ingin menggunakan eyeshadow terlalu tebal. Ini karena sang pewawancara biasanya memiliki jabatan yang lebih tinggi.

Sebaliknya, jika mereka ingin mencari promosi jabatan atau mencoba membuktikan kekuatannya, mungkin lipstik merah di bibir atau tambahan eyeliner akan "menolong" dibanding dengan tampilan wajah polos.

Tentu saja, kita tak bisa menilai kepribadian wanita hanya dengan melihat penampilannya. Sayangnya masih banyak orang yang menganggap penampilan wanita lebih utama dibanding karakter, kemampuan dan kecerdasannya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau